Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Tentang Gunung

Gunung Merbabu (29/12/2016) Katanya kalau mau tau sifat seseorang, maka ajaklah dia mendaki gunung. Bagiku gunung lebih dari sekedar ingin tahu sifat orang lain, tapi juga untuk mengetahui sifat kita yang sebenarnya. Ada pepatah yang mengatakan bahwa seseorang akan terlihat sifat aslinya saat menghadapi kesulitan, tapi mendaki gunung bukan berarti kita hanya mempersulit diri. Walaupun banyak yang mempertanyakan “ngapain sih lu, naik gunung capek – capek trus ntar turun lagi, bahkan bisa mangancam nyawa lu sendiri juga?” Ya pertanyaan tersebut tidaklah salah, kalau dipikir pakai logika mungkin benar saja bahwa mendaki gunung terkesan tidak berfaedah, tapi bagiku tidak demikian. Bagiku gunung bukan hanya sebagai tempat rekreasi, tapi juga sebagai tempat ‘lari’, ya tempat melarikan diri dari segala kepenatan, segala kejenuhan, segala rutinitas, bahkan sampai menjadi tempat menyembuhkan sakit hati. Bagiku gunung bukan sebuah tempat untuk pergi, melainkan tempat untuk pulang, tempat kita me

Ketika Ingin Menyerah

  picture from google “Gua capek!” atau “Gua gak sanggup lagi!” atau mungkin “Gua nyerah aja deh, gua gak mungkin bisa!” ya keluhan seperti itulah yang akan akan keluar dari lisan atau batin kita ketika berkali – kali mengalami kegagalan. Terus lingkungan sekitar kalian biasanya akan berusaha menguatkan dengan bilang “ayo dong semangat” atau “kamu pasti bisa jangan sampai kamu nyerah ya”, itu kalau lingkungan kalian baik dan masih mendinglah untuk didengar. Kadang teman atau lingkungan kita malah ada yang bilang malah bikin suasana hati kita semakin kacau seperti “yaelah baru gitu doang, masa udah nyerah” atau membandingkan dengan dirinya “yaelah lu gitu doang, dulu gua bla bla bla.” Ya kalo itu sih emang gak enak banget didengar disaat kita lagi lelah atas berbagai kegagalan yang kita alami. Terus kalau kita lagi ada diposisi itu kita harus gimana emangnya? Oke kita akan bahas ditulisan aku kali ini ya.   Sebelum kita bahas lebih lanjut, aku mau desclaimer dulu, disini aku buka

Buat Apa Susah-susah Belajar, Ujungnya Gak Kepake!

  picture from google “Ngapain sih kita belajar integral, matriks, turunantoh ujungnya kalo beli siomay gak akan ditanyain integral sama abangnya!” Celetuk seorang siswa dalam sebuah kelas setelah selesai pelajaran matematika. “Iya kalo di fisika juga sama, ngapain coba kita pusing – pusing belajar gerak parabola, emang ada atlet basket yang mau shooting ngitungin sudutnya dulu, kecepatannya berapa biar bisa masuk ke ring, yang ada keburu diambil lawan bolanya” tambah temannya yang lain. Yups, setiap pelajar pasti pernah memikirkan hal ini. Pasalnya mereka merasa apa yang mereka pelajari tidak berguna untuk kehidupan mereka. Udah pusing – pusing, tapi gak bermanfaat kan kayak sia – sia perjuangan. Eiitsss, tapi jangan buru – buru menghakimi, sesuatu yang kita pelajari itu sia – sia, karena sesungguhnya belajar apapun itu tidak akan sia – sia. Lantas akan muncul pertanyaan ‘Buat apa kita pelajari itu semua kalo gak kepake buat kehidupan kita?’ Oke, buat para pelajar yang sedang

LEMAHNYA IMAN

  picture from google Pernah gak sih kalian merasa, kok hidup gua gini – gini aja ya? Atau merasa kok hidup dia banyak banget ya Allah kasih privilege sedangkan gua nggak? Atau pikiran – pikiran lainnya yang bisa buat efek negative justru di hidup kalian. Yups pasti semua orang pernah merasa seperti itu. Tapi tahukah kalian, kalau pikiran seperti itu hadir dari lemahnya iman kita sama Allah. Astagfirullah. Sebelum ke bahasan selanjutnya, saya disclaimer dulu, kalau saya menuliskan ini bukan berarti iman saya sudah kuat atau saya sudah paling taqwa. Sungguh tidak sama sekali seperti itu, tapi saya tuliskan hal ini justru buat jadi pengingat buat saya pribadi. Oke kita langsung ke topic kali ini. Dan mohon maaf kalo agak sedikit curcol, heheh Jadi beberapa bulan silam saya merasa hidup saya seperti kehilangan arah karena satu dan lain hal, yang tak perlu saya ceritakan disini. Singkat cerita saya pun merasa bingung terkait ‘apa tujuan hidup saya sebenarnya’ padahal kalo saja say

HAI, APA KABAR?

picture from google “Hai, apa kabar? Aku rindu.” Sungguh rasanya ingin sekali ku mengirim pesan itu ke dirimu, tapi ku tak sanggup. Luka itu masih terlalu perih, kesedihan itu masih tetap ada, dan mengikhlaskanmu masih terasa terlalu sulit bagiku. Aku tak tahu bagaimana dengan dirimu, apakah kau merasakan hal yang sama dengan diriku, atau hanya aku saja yang merasakannya. Aku mencoba melupakannya untuk menyembuhkan luka itu, tapi malah ku semakin mengingat apa yang telah kita lewati bersama. Terlalu banyak kenangan itu. Dan kau masuk terlalu dalam di hatiku. Atau aku yang terlalu berharap padamu. Ah entahlah, aku tak paham dengan semua yang terjadi. Aku tak tahu apa yang terakhir kau sampaikan kepadaku itu jujur atau tidak. Aku sungguh tak tahu. Apakah benar itu jawaban atas doamu, atau justru itu jawaban atas doaku. Aku sungguh tak tahu. Mungkin pertemuan dan kedekatan kita beberapa waktu belakangan adalah sebuah kesalahan. Terlalu banyak aturan-Nya yang kita langgar. Sehingga D

AKU MALU

  Karya : Arum Setyarini   Aku malu Ketika di bumi Palestina umat bersatu Aku hanya bisa menggerutu Atas masalah remeh temehku yang tak sepadu Dan aku tak sanggup membantu Juga bibirku begitu kelu Untuk mereka yang tengah memperjuangkan agama – Mu   Aku sungguh malu pada mereka Anak – anak, orang tua, dan pemuda yang menjadi syuhada Yang sudah mendapat balasan surga Sementara aku, yang masih berusaha menyembuhkan luka Luka yang amat tak seberapa Dibanding dengan mereka yang ada di jalur Gaza   Aku teramat malu pada mereka Karena merasa iba pada warga Palestina Padahal sebaliknya Mereka yang mempertahankan Al Aqsa secara nyata Sejatinya begitu dekat dengan surgaNya Sementara aku, yang hisabnya entah bagaimana Disini, hanya bisa merangkai kata Tak lupa mengirim untuaian doa   Aku benar – benar malu Disana mereka menghidupkan malam dengan begitu menggebu Di sepuluh malam terakhir Ramdhan- Mu Dengan perlengkapan siaga satu Sementa

LIKU LUKA

Ada seorang manusia yang memprotes keadilan Allah. Ia melihat begitu banyak ketidakadilan yang ia dapatkan. Ia menganggap Allah tidak adil karena ia begitu sering mendapatkan ujian. Sedangkan ia melihat kehidupan orang lain, hidupnya begitu damai dan lancar tanpa hambatan. Disisi lain, manusia yang lain juga mendapatkan ujian, yang ujiannya mungkin lebih besar dari manusia yang protes kepada Allah tadi. Manusia kedua ini menghadapi ujian dengan sabar dan ikhlas, karena ia tahu Allah tidak akan memberikan ujian yang melampaui kemampuan hambaNya. Bukankah setiap orang yang mengaku beriman akan diuji oleh Allah? seperti dalam Q.S. Al Ankabut : 2. Dan setiap orang ujiannya berbeda – beda. Namanya juga hidup pasti ada ujiannya, orang sekolah dan kursus saja ada ujiannya. Allah memberikan kita ujian pasti ada maksud dan tujuannya, bisa jadi Allah menguji kita karena Allah rindu doa dan tangis kita di sepertiga malam, yang apabila Allah limpahkan kita nikmat, kita justur lupa sama Allah.

Cintamu Palsu!

  picture from google Kalaulah kita sebagai umat muslim ditanya, “siapa yang paling dicintai?”, lantas kita dengan yakin dan PDnya menjawab “Allah dan Rasul-Nya”. Namun, seperti yang kita ketahui bukankah cinta itu butuh pembuktian. Lalu apa yang kita dapat buktikan dari yang katanya cinta sama Allah dan Rasul Nya. “Aku menjalankan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang” dengan yakinnya kita menjawab. Tapi coba kita cek dulu yuk, apa kita benar – benar cinta sama Allah dan Rasul-Nya? Sungguh benar yang para pujangga katakana, bahwasannya cinta selalu butuh pembuktian dan pengorbanan. Lantas bagaimana kita sebagai muslim membuktikan cinta kita kepada Allah dan Rasul Nya? Jawabannya sesederhana melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya, tapi praktiknya tidak sesederhana apa yang kita ucapkan. Pertama, melaksanakan segala perintah Allah dan RasulNya, apa saja sih yang Allah perintahkan ke kita sebagai muslim? Ibadah. Ya, Allah hanya perintahk

SOK TAHU!

“Aku setelah lulus ingin kerja di perusahaan A.” atau “aku ingin nikahnya nanti sama dia, gak mau sama yang lain.” atau “Aku harus lulus dalam waktu 3 tahun dengan IPK 3,8” atau aku ingin ini, aku ingin itu banyak sekali, eh jadi kayak Nobita, auto nyanyi lagu soundtrack doraemon, hehehe. Manusia emang sudah sifat dasarnya tidak pernah puas, ingin A, dapet A lalu ingin B, dapet B lalu ingin C, gitu aja terus sampe lebaran monyet. Kadang kita sebagai manusia juga jadi kayak ‘tuhan’ ingin segala sesuatunya sesuai dengan kehendak dan keinginan kita, padahal kita sebagai manusia ini sangat terbatas. Pengetahuan terbatas, akal terbatas, kekuatan terbatas, dan apa – apa terbatas, tapi bukan juga dengan keterbatasan yang kita miliki ini jadi kita gak melakukan apa – apa loh ya. Kita sebagai manusia tentu sangat dianjurkan, hanya saja kita tidak boleh sok tahu. Kita sebagai manusia sering kali sok tahu, merasa paling tahu apa yang terbaik untuk diri kita, atas dasar itu pula kita beranggap

Harapan

  “Aduh rasanya pengen mati aja deh!” ucap seorang dengan mudahnya seolah setelah mati dirinya akan terbebas dari berbagai masalah. “Aduh gua pengen nyerah aja!” ucapan lain yang mungkin sedang mengalami kegagalan yang begitu luar biasa. picture from google Mungkin kita sering kali merasa seolah masalah yang sedang kita hadapi begitu berat, sampai rasanya kita ingin menyerah dan seperti tak sanggup melanjutkan hidup. Mungkin juga banyak diantara kita yang sering melihat hidup orang lain seolah enak sekali seperti tak ada masalah di dalam hidupnya. Sejatinya setiap orang pasti memiliki masalah di hidupnya. Hanya saja yang membedakan kehidupan kita dan orang lain adalah dalam hal menyikapi masalah. Bisa jadi orang lain sebenarnya sedang mengalami masalah yang amat begitu besar, tapi ia masih bisa tersenyum menutupi masalahnya, sedangkan kita terlalu banyak mengeluh dengan masalah yang sebenarnya tak seberapa. Saat kita di jalan, kita melihat sepasang orang yang satu tuli (otomatis bi

Valentine Day, Hari Kasih Sayang?

14 Februari, yes tepat hari ini banyak pasangan orang yang merayakannya sebagai hari kasih sayang. Benarkah itu? Tentu dengan dalih ini juga banyak orang yang melakukan sex bebas. Bahkan ironisnya tingkat penjualan, maaf, kondom, meningkat dengan pesatnya. Dan anehnya lagi yang merayakan, yang katanya hari kasih sayang ini, adalah pesangan pemuda pemudi yang belum halal atau belum ada ikatan pernikahan. picture from google Sebagai umat muslim, tentu kita tidak boleh sembarangan ikut – ikutan perayaan yang tidak mencerminkan budaya islam bahkan melanggar syariat. Islam memang agama yang penuh dengan kasih sayang, bahkan Allah pun bersifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Bagaimana mungkin agama yang Tuhannya pun memiliki sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang ini tidak terdapat kasih sayang didalamnya. Tapi kasih sayang seperti apa yang ada didalam islam, apakah sama dengan kasih sayang yang orang sebut dalam valentine day? Tentu tidak. Syariat Islam mengajarkan banyak hal tentang ka

Makna Bahagia

picture from google Bahagia, sebuah kata yang dicari oleh banyak orang. Bicara soal bahagia ini juga setiap orang mempunyai arti yang berbeda. Ada yang mengartikan bahagia adalah ketika seorang sudah merasa senang dan puas dengan dirinya. Ada pula yang mengartikan bahagia ketika kita sudah mendapatkan apa yang kita inginkan. Tak sedikit pula yang mengartikan bahagia apabila seorang sudah merasa secure dengan dirinya ataupun orang yang dicintainya. Lantas bahagia yang sebenarnya itu apa sih? Sejatinya bahagia yang hakiki di dunia itu tidak pernah ada. Maksudnya gimana? Oke kita akan bahas lebih lanjut.   Sebagian besar beranggapan, kebahagian akan dirasakan ketika kita berhasil mendapatkan pencapaian materi, apapun itu, bisa uang, kendaraan, kehidupan yang nyaman, dan lain sebagainya. Tapi seperti yang saya katakan tadi bahwa sejatinya kebahagian yang hakiki di dunia ini tidak pernah ada. Hal itu bisa saya katakan apabila kebahagian hanya dinilai dari aspek duniawi saja, karena pad

Gelisah Karena Apa? QLC?

Turuntuk yang sedang gelisah, mungkin tulisan ini bisa sedikit mengurangi kegelisah dan kegundahan kalian. picture from google “Nanti gua habis lulus mau ngapain ya?”, “aduh kok gua belom dapet kerjaan ya?” atau “gua kapan ya nikah?” dan masih banyak ke aduhan yang sifatnya kebanyakan itu – itu aja gak sih. Buat yang lagi merasakan itu, sama saya pribadi juga sering sekali merasakan kegelisahan serupa. Ya namanya hidup di dunia gak ada yang pasti kan dan selalu aja pasti ada ujian, cuma ya setiap orang ujiannya beda – beda, ada yang ujiannya seputar kesehatan, ada yang ujiannya perihal rezeki (ini udah pernah dibahas ditulisan saya belumnya), ada juga yang ujiannya perihal jodoh atau pasangan, dan lain – lain deh pokoknya. Intinya sama setiap orang punya ujian dan masalahnya sendiri. Banyak pertanyaan – pertanyaan yang menghantui kita yang disadari atau tidak kebanyakan pertanyaan itu umumnya seputar duniawi, jarang sekali kita gelisah “nanti kita masuk surga atau nggak ya?” atau “