Langsung ke konten utama

Harapan

 “Aduh rasanya pengen mati aja deh!” ucap seorang dengan mudahnya seolah setelah mati dirinya akan terbebas dari berbagai masalah. “Aduh gua pengen nyerah aja!” ucapan lain yang mungkin sedang mengalami kegagalan yang begitu luar biasa.

picture from google

Mungkin kita sering kali merasa seolah masalah yang sedang kita hadapi begitu berat, sampai rasanya kita ingin menyerah dan seperti tak sanggup melanjutkan hidup. Mungkin juga banyak diantara kita yang sering melihat hidup orang lain seolah enak sekali seperti tak ada masalah di dalam hidupnya. Sejatinya setiap orang pasti memiliki masalah di hidupnya. Hanya saja yang membedakan kehidupan kita dan orang lain adalah dalam hal menyikapi masalah. Bisa jadi orang lain sebenarnya sedang mengalami masalah yang amat begitu besar, tapi ia masih bisa tersenyum menutupi masalahnya, sedangkan kita terlalu banyak mengeluh dengan masalah yang sebenarnya tak seberapa.

Saat kita di jalan, kita melihat sepasang orang yang satu tuli (otomatis bisu) sedang menuntun orang dibelakangnya membawa tongkat yang tentu kita tahu orang itu buta. Ketika kita melihat kedua orang tersebut mungkin kita merasa hidup mereka penuh masalah, kasihan sekali hidup mereka yang satu buta jadi ia tidak bisa melihat indahnya dunia, sedangkan yang satunya bisu dan tuli jadi ia tidak bisa mendengar indahnya kicauan burung dipagi hari. Namun, dengan segala keterbatasan mereka, mereka tidak pernah mengeluh atau bahkan ingin menyerah. Mereka menjalani hidup dengan sebaik – baiknya hidup. Sedangkan kita dengan masalah yang mungkin hanya sekedar macet di jalan saja, sudah banyak mengeluh, mengutukinya dalam hati.

Mengapa si dua orang ini yang kita pandang mungkin hidupnya banyak masalah, justru bisa menjalani hidup dengan sebaik – baiknya hidup? Jawabannya adalah mereka memiliki harapan. Mereka tidak pernah putus asa dalam menjalani kehidupan ditengah keterbatasan yang ada.

Harapan adalah hal yang dapat membuat seorang tetap semangat menjalani hidup, walaupun mereka banyak mendapat ujian dan musibah, selama harapan itu tetap ada, mereka akan bangkit kembali. Namun, harapan jua lah yang dapat membuat seorang begitu kecewa dan terpuruk, apabila harapan itu tidak terwujud. Pertanyaan yang selanjutnya muncul adalah bagaimana supaya harapan kita tidak berujung pada rasa kecewa?

Tentu rasa kecewa itu manusiawi. Kita merasakan kecewa ketika harapan kita tak sesuai dengan angan kita. Tapi rasa kecewa itu tidak mungkin hadir apabila kita menggantungkan harapan pada hal yang tepat. Misal, ketika kita dalam masalah atau mendapat musibah, kemudian kita berharap ada teman – teman yang akan membantu kita, tapi pada kenyataannya tidak ada teman yang membantu kita karena mungkin bisa jadi teman kita juga dalam masalah lain, kemudian kita kecewa karena kita amat sangat berharap pada teman kita, yang kenyataannya ia tak bisa membantu kita. Lantas bagaimana supaya kita tidak kecewa? Jawabannya adalah kita hanya berharap kepada Allah, Zat Yang Maha Kuasa, yang sudah pasti bisa melakukan apa saja dan tidak akan pernah membuat hambaNya kecewa.

Sayyidina Ali pernah berkata:

“Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” (Ali bin Abi Thalib)

Selain itu, Imam Syafi’i juga pernah berkata:

“Ketika kamu berlebihan berharap pada seseorang, maka Allah akan timpakan padamu pedihnya harapan-harapan kosong. Allah tak suka bila ada yang berharap pada selain Dzat-Nya, Allah menghalangi cita-citanya supaya ia kembali berharap hanya kepada Allah SWT.”

Maka sebaik, baiknya kita manaruh harapan hanya kepada Allah, percayalah Allah tidak akan pernah memberikan ujian melebihi kemampuan hambaNya. Layaknya guru yang memberikan ujian kepada muridnya, tentu setiap ujian pasti ada kunci jawabannya. Begitu pula Allah ketika memberikan ujian atau masalah, pastinya Allah sudah menyiapkan solusinya. Kita hanya diminta bersabar dan bersyukur, dan kelak Allah akan kasih solusi dari arah yang tak pernah kita duga. Allah kasih ujian atau masalah ke kita juga adalah bentuk kasih sayangNya, karena Allah ingin kita mendekat kepadaNya, atau Allah ingin menaikan level kita.

So, jangan pernah putus asa, dan gantungkanlah harapan hanya kepada Allah, supaya kita tidak merasakan kecewa.

Komentar

  1. setuju saya mah. berharaplah pada sang Pencipta, sang Pembri segalanya. berat memang, tapi mau gimana lagi kan ?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maaf, Tolong dan Terima Kasih

picture from google “Ah lu begitu aja baper?” kata salah seorang kepada temannya yang katanya merupakan teman dekat. Tapi sebenarnya seorang tersebut sudah bercanda keterlaluan. Kalau kejadiannya di zaman sebelum kata baper itu menjadi viral mungkin orang tersebut menurut budaya seharusnya meminta maaf, maka hal tersebut adalah perilaku normal di masyarakat dengan budaya ketimuran. Semenjak kata – kata baper dan sejenisnya viral justru apabila orang yang kita ejek marah atau sakit hati justru menjadi suatu hal yang tidak normal, dan orang yang mengejek tersebut akan mengatakan hal seperti kalimat diawal tulisan ini. Sejatinya kata maaf adalah sebuah kata yang harusnya kita ucapkan apabila kita melakukan kesalahan, tidak peduli kita lebih tua atau lebih muda dari orang yang kita sakiti. Orang yang meminta maaf pun tidak harus melulu orang yang salah, tapi orang yang bisa meminta maaf terlebih dahulu bahkan meskipun ia tidak salah merupakan orang yang berjiwa besar. Selain minta maaf, ...

Buat Apa Susah-susah Belajar, Ujungnya Gak Kepake!

  picture from google “Ngapain sih kita belajar integral, matriks, turunantoh ujungnya kalo beli siomay gak akan ditanyain integral sama abangnya!” Celetuk seorang siswa dalam sebuah kelas setelah selesai pelajaran matematika. “Iya kalo di fisika juga sama, ngapain coba kita pusing – pusing belajar gerak parabola, emang ada atlet basket yang mau shooting ngitungin sudutnya dulu, kecepatannya berapa biar bisa masuk ke ring, yang ada keburu diambil lawan bolanya” tambah temannya yang lain. Yups, setiap pelajar pasti pernah memikirkan hal ini. Pasalnya mereka merasa apa yang mereka pelajari tidak berguna untuk kehidupan mereka. Udah pusing – pusing, tapi gak bermanfaat kan kayak sia – sia perjuangan. Eiitsss, tapi jangan buru – buru menghakimi, sesuatu yang kita pelajari itu sia – sia, karena sesungguhnya belajar apapun itu tidak akan sia – sia. Lantas akan muncul pertanyaan ‘Buat apa kita pelajari itu semua kalo gak kepake buat kehidupan kita?’ Oke, buat para pelajar yang sed...

LEMAHNYA IMAN

  picture from google Pernah gak sih kalian merasa, kok hidup gua gini – gini aja ya? Atau merasa kok hidup dia banyak banget ya Allah kasih privilege sedangkan gua nggak? Atau pikiran – pikiran lainnya yang bisa buat efek negative justru di hidup kalian. Yups pasti semua orang pernah merasa seperti itu. Tapi tahukah kalian, kalau pikiran seperti itu hadir dari lemahnya iman kita sama Allah. Astagfirullah. Sebelum ke bahasan selanjutnya, saya disclaimer dulu, kalau saya menuliskan ini bukan berarti iman saya sudah kuat atau saya sudah paling taqwa. Sungguh tidak sama sekali seperti itu, tapi saya tuliskan hal ini justru buat jadi pengingat buat saya pribadi. Oke kita langsung ke topic kali ini. Dan mohon maaf kalo agak sedikit curcol, heheh Jadi beberapa bulan silam saya merasa hidup saya seperti kehilangan arah karena satu dan lain hal, yang tak perlu saya ceritakan disini. Singkat cerita saya pun merasa bingung terkait ‘apa tujuan hidup saya sebenarnya’ padahal kalo saja...