Ada
seorang manusia yang memprotes keadilan Allah. Ia melihat begitu banyak
ketidakadilan yang ia dapatkan. Ia menganggap Allah tidak adil karena ia begitu
sering mendapatkan ujian. Sedangkan ia melihat kehidupan orang lain, hidupnya
begitu damai dan lancar tanpa hambatan. Disisi lain, manusia yang lain juga
mendapatkan ujian, yang ujiannya mungkin lebih besar dari manusia yang protes
kepada Allah tadi. Manusia kedua ini menghadapi ujian dengan sabar dan ikhlas,
karena ia tahu Allah tidak akan memberikan ujian yang melampaui kemampuan
hambaNya.
Bukankah
setiap orang yang mengaku beriman akan diuji oleh Allah? seperti dalam Q.S. Al
Ankabut : 2. Dan setiap orang ujiannya berbeda – beda. Namanya juga hidup pasti
ada ujiannya, orang sekolah dan kursus saja ada ujiannya. Allah memberikan kita
ujian pasti ada maksud dan tujuannya, bisa jadi Allah menguji kita karena Allah
rindu doa dan tangis kita di sepertiga malam, yang apabila Allah limpahkan kita
nikmat, kita justur lupa sama Allah. Bisa juga seperti halnya ujian di sekolah
yang bertujuan untuk naik kelas, nah Allah ingin kita naik level. Hanyasanya,
kadang kita gak paham maksud dan tujuan Allah itu, dan menjadikan kita justru
suuzon kepada Allah, kemudian kita semakin jauh dari Allah.
Ujian
setiap orang berbeda, itulah yang menjadi liku – liku kehidupan manusia. Kita tidak
bisa membandingkan diri kita dengan orang lain, tapi kita bisa belajar dari
orang lain dalam menghadapi situasi sulit. Terutama belajar dari orang – orang shalih
terdahulu. Bukankah setiap shalat kita membaca Al Fatihah, yang dimana dari
bacaan tersebut artinya kita meminta ditunjukkan
jalan yang lurus, yakni jalan orang – orang yang telah Engkau beri nikmat
kepadanya, bukan jalan orang – orang yang Engkau murkai, dan bukan pula jalan
mereka yang sesat. Minimal 17 kali kita meminta ditunjuki jalan yang lurus,
jalan orang – orang shalih, apakah hidup orang – orang shalih ini mulus begitu
saja tanpa liku – liku? Tentu tidak. Kita ambil contoh kisah Bilal bin Rabah,
seorang budak pada masa Rasulullah yang dimana ketika beliau masuk islam beliau
diuji berupa mendapat siksaan dari majikannya, dan siksaannya luar bisa sampe
tubuh Bilal penuh luka, tapi Bilal tidak menggadaikan keimanan dan tetap yakin
kalau Allah pasti menolongnya. Saat disiksa Bilal selalu mengucapkan Ahadun
Ahad, karena itu majikannya semakin murka. Benar saja, Allah tidak akan
membiarkan hambaNya sengsara, apalagi hamba Nya itu begitu yakin kepada Allah,
Allah pasti menolong setiap hambaNya. Dan pertolongan Allah hadir melalui Abu
Bakar Ash Shidiq, orang yang Allah pun ridha kepadanya. Mengetahui kejadian
itu, Abu Bakar Ash Shidiq kemudian membebaskan Bilal, bahkan Abu Bakar pun
mendeklarasikan Bilal sebagai saudaranya. MasyaAllah.
Dari
kisah Bilal bin Rabbah tersebut kita dapat belajar, bahwa kita harus sabar
menghadapi ujian. Sebagaimana normalnya manusia yang diuji, kadang ujian
tersebut menimbulkan luka, baik luka pada fisik kita, maupun pada hati dan
pikiran kita. Tapi bukankah setiap luka bisa sembuh, walau memang perlu waktu
untuk sembuh dari luka itu. Seperti halnya anak kecil yang sedang berjalan, kemudian
ia terjatuh dan terluka, anak kecil itu lalu menangis, ia menangis karena
merasakan sakit pada dirinya, tapi kemudian anak kecil itu terus disemangati
agar tak menyerah dan terus belajar berjalan, sampai akhirnya ia bisa berjalan
dengan lancar. Kita pun sama, ketika mendapat ujian, kemudian terluka baik
fisik atau pun hati, kemudian kita menangis atau meberikan respon tidak terima
awalnya. Sungguh hal itu wajar, kita punya segala teori bahwa kita harus sabar
dan ikhlas, dan seketika semua teori itu begitu sulit untuk dilakukan. Kita hanya
butuh waktu sembuh dari luka itu. Sampai akhirnya kita belajar menerima luka
itu dan berdamai dengan luka itu.tapi setelah itu apa? Kita harus bangkit,
harus tetap semangat, dan mengambil pelajaran dari ujian yang Allah berikan.
Kalaulah
guru membuat soal ujian dengan kunci jawaban, pasti Allah pun memberikan ujian
dan solusi kepada kita, bahkan Allah berikan hikmah dari setiap ujian itu. Mungkin
kita belum tahu saat menghadapi ujian itu, tapi nanti kita pasti akan
mendapatkan jawabannya. Dan yakin Allah pasti tahu yang terbaik buat
makhlukNya. Kita kadang sok tahu, dan jadi menggurui Allah. Saat kita
mengingkan sesuatu, lantas kita berpikir itu yang terbaik menurut kita, padahal
menurut Allah itu tidak baik buat kita. Pasti yang terjadi ya sesuai kehendak
Allah, lantas kita jadi berpikir Allah tidak mengabulkan keinginan kita,
kemudian kita menjadi kecewa. Tapi coba pikir baik – baik setelah itu pasti
kita jadi tahu alasan Allah mengapa keinginan kita tidak terwujud. Bukankan dalam
Q.S. Al Baqarah : 216 disebutkan boleh
jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi
kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Sungguh Allah Maha
Mengetahui, sendangkan kamu tidak mengetahui.
Jadi,
hidup ini memang penuh liku – liku dan sering menjadikan kita terluka, tapi
kita harus tetap sabar dan ikhlas, serta selalu berbaik sangka kepada Allah.
Sebab Allah pasti memberikan yang terbaik untuk hambaNya yang beriman.
Sungguh
tulisan ini dibuat, bukan bermaksud untuk menggurui siapapun. Melainkan semata –
mata untuk senantiasa mengingat diri sendiri yang sering lupa.
Komentar
Posting Komentar