Langsung ke konten utama

Makna Bahagia

picture from google

Bahagia, sebuah kata yang dicari oleh banyak orang. Bicara soal bahagia ini juga setiap orang mempunyai arti yang berbeda. Ada yang mengartikan bahagia adalah ketika seorang sudah merasa senang dan puas dengan dirinya. Ada pula yang mengartikan bahagia ketika kita sudah mendapatkan apa yang kita inginkan. Tak sedikit pula yang mengartikan bahagia apabila seorang sudah merasa secure dengan dirinya ataupun orang yang dicintainya. Lantas bahagia yang sebenarnya itu apa sih? Sejatinya bahagia yang hakiki di dunia itu tidak pernah ada. Maksudnya gimana? Oke kita akan bahas lebih lanjut.

 Sebagian besar beranggapan, kebahagian akan dirasakan ketika kita berhasil mendapatkan pencapaian materi, apapun itu, bisa uang, kendaraan, kehidupan yang nyaman, dan lain sebagainya. Tapi seperti yang saya katakan tadi bahwa sejatinya kebahagian yang hakiki di dunia ini tidak pernah ada. Hal itu bisa saya katakan apabila kebahagian hanya dinilai dari aspek duniawi saja, karena pada dasarnya manusia memiliki sifat yang tidak pernah puas. Sebagai contoh, ada seorang yang berangkat ke kantor dengan menggunakan angkutan umum, lantas ia berpikir “enak ya kalo punya motor, ke kantor bisa lebih cepat sampai”, lalu setelah punya motor “enak ya punya mobil, jadi gak kehujanan”, terus saja seperti itu, punya ini pengen itu tidak akan ada habisnya. Ditambah lagi di zaman digital seperti ini, dimana orang – orang bisa mengakses berbagai hal dengan mudahnya, banyak yang membuat standar – standar kebahagian. Misal ketika kita melihat di sosmed, ada orang – orang yang sering mengapdate dirinya berpergian ke luar negeri, lantas follower tersebut beranggapan bahwa bahagia adalah ketika seorang bisa sering berpergian ke luar negeri. Akhirnya standar kebahagian diri kita kadang ditentukan dari kebahagian orang lain. Padahal setiap orang punya jalan hidup yang berbeda, punya pilihan yang berbeda, dan garis start yang berbeda, lantas mengapa kebahagian diri kita harus disamakan dengan kebahagiaan orang lain.

Terus kalau seperti itu bahagia yang sebenarnya kapan? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya pernah membaca sebuah quote bagus di media sosial, kurang lebih seperti ini ‘jangan menunggu bahagia kita baru bersyukur, namun karena bersyukur kita menjadi bahagia’. Kalimat itu membuat saya tertohok juga sebenarnya, karena mungkin kita sering lupa bersyukur dan menjadikan kita tidak merasa bahagia. Harusnya sebagai seorang muslim dan beriman, kita bisa mensyukuri segala nikmat yang sudah Allah beri kepada kita, dan dari sifat syukur tadi bisa menjadi kita lebih bahagia. Sebagai contoh kita masih diberikan nikmat sehat walaupun kita mungkin tidak punya motor untuk pergi ke kantor, tapi banyak yang bisa kita syukuri karena kita masih diberikan kesehatan untuk bisa pergi ke kantor, berapa banyak orang sakit yang ingin sembuh dari sakitnya, kita juga masih mempunyai pekerjaan yang didambakan oleh banyak para pencari kerja, dan banyak nikmat lain yang harus kita syukuri, daripada hanya kita harus mengeluh karena kita tidak punya motor.

Bicara soal bahagia, dan memang bahagia yang hakiki tidak pernah kita dapat di dunia. Lantas apakah bahagia adalah tujuan hidup kita? Kalau iya, bahagia yang seperti apa yang kita maksud? Lalu kalau kita tidak bahagia gimana?

Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu” (Q.S adz-Dzaariyaat: 56)

Dari surah diatas, kita jadi tahu bahwa sebenarnya tujuan hidup kita bukanlah mencari atau mendapatkan kebahagiaan, apalagi kebahagiaan di dunia yang sifatnya fana ini. Tapi bukan berarti kita harus hidup dengan penuh kesedihan loh. Selama di dunia kebahagian dan kesedihan ini selalu beriringan dan saling menyusul, dan apapun itu harusnya kita syukuri. Mencari kebahagian di dunia boleh kok, tapi jangan hanya materi dunia saja yang kita kejar, kita juga harus menyandarkan kebahagiaan itu terhadap akhirat, ya intinya balik lagi ke Allah mau kita seperti apa. Dan bahagia yang hakiki baru akan kita dapatkan di surga kelak, jadi harusnya yang kita usahakan adalah mendapatkan surgaNya Allah Swt. Kalau kita tidak mendapatkan kebahagiaan di dunia, ya sudah tidak masalah, balik lagi karena tujuan Allah ciptakan kita kan bukan mencari kebahagiaan di dunia itu, melainkan kita disuruh untuk beribadah kepada Allah. Tapi saya yakin, di dunia ini tidak ada yang abadi, tidak ada kesedihan yang tidak berganti dengan kebahagiaan, sebagaimana tidak ada hujan yang tak pernah reda, dan berganti dengan hadirnya pelangi.

So, selamat mencari makna bahagia yang hakiki dengan caramu ya..

Sumber :

Syahrin, Alvi. 2020. Jika Kita Tak Pernah Baik – Baik Saja. Jakarta : Gagasmedia

Kajian YukNgaji. 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesempatan Hanya Datang Sekali!

Assalamualaikum kawan... Kali ini saya hanya ingin berbagi motivasi dan pengalaman sama kalian semua. Nah untuk judaul artikel yang satu ini pasti sudah umum banget untuk di perbincangkan, dan tentunya kalian pasti pernah ngalamin sendiri kejadian seperti ini, yah sama halnya dengan saya. KESEMPATAN? apa sih yang ada di benak kalian ketika mendengar kata itu? Tentunya banyak sekali definisi atau pengertian yang kalian tahu mengenai kata tersebut.

Cara Mengecek Baterai Handphone

Assalamualaikum.. Kawan kali ini saya ingin berbagi pengetahuan sama kalian yang sebenernya udah cukup lama di dapat tapi baru sempat share.. Nah zaman sekarang tuh, teknologi sudah berkembang dengan sangat cepat, dan tentunya handphone sudah tidak asing dengan kehidupan orang-orang. Apalagi gak sedikit juga yang ketergantungan sama hp.. hayoo ngaku.., heheh Nah, pernah gak sih kalian ngerasa kok baterai hp kalian boros banget atau kok kalo di charge gak penuh-penuh? Kemungkinan besar hal itu bisa terjadi karena ada masalah dengan baterai hp kalian.. gak usah terlalu banyak prolog langsung aja ya..

‘ENAK’ HIDUP DI ZAMAN RASULULLAH

picture from google Ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa “Masa yang terbaik adalah pada masa ku (Rasulullah), kemudian masa berikutnya dan masa berikutnya.” Bisa dibayangkan saat ini kita hidup dimasa yang sangat jauh dengan masa Rasulullah, dan tidak bisa dipungkiri juga bahwa masa kita saat ini sangat berbeda jauh dengan masa Rasulullah dimana keimanan para sahabat Rasulullah yang sangat luar biasa tidak ada apa – apanya dibandingkan dengan keimanan kita saat ini. Bisa kita ambil contoh salah satu sahabat yang kekayaannya sangat luar biasa, dijamin masuk surga, termasuk dalam salah satu Khalafaur Rasyidin (Pemimpin yang bijaksana). Utsman bin Affan. Itulah nama beliau, dimana beliau juga termasuk kedalam sahabat yang awal mengimani Rasulullah setelah diajak oleh Abu Bakar Ash Shiddiq. Beliau termasuk sahabat Rasulullah yang memiliki kekayaan melimpah, tapi dari kekayaan itu tidak menjadikan beliau cinta dunia dan gelap mata lantas menghambur – hamburkan ke dalam kesenangan f