![]() |
picture from google |
Ada
sebuah hadits yang mengatakan bahwa “Masa yang terbaik adalah pada masa ku
(Rasulullah), kemudian masa berikutnya dan masa berikutnya.” Bisa dibayangkan
saat ini kita hidup dimasa yang sangat jauh dengan masa Rasulullah, dan tidak
bisa dipungkiri juga bahwa masa kita saat ini sangat berbeda jauh dengan masa
Rasulullah dimana keimanan para sahabat Rasulullah yang sangat luar biasa tidak
ada apa – apanya dibandingkan dengan keimanan kita saat ini. Bisa kita ambil
contoh salah satu sahabat yang kekayaannya sangat luar biasa, dijamin masuk surga,
termasuk dalam salah satu Khalafaur Rasyidin (Pemimpin yang bijaksana). Utsman
bin Affan. Itulah nama beliau, dimana beliau juga termasuk kedalam sahabat yang
awal mengimani Rasulullah setelah diajak oleh Abu Bakar Ash Shiddiq. Beliau
termasuk sahabat Rasulullah yang memiliki kekayaan melimpah, tapi dari kekayaan
itu tidak menjadikan beliau cinta dunia dan gelap mata lantas menghambur – hamburkan
ke dalam kesenangan fana. Justru dengan harta yang dimiliki itu, beliau
memanfaatkannya untuk kepentingan islam.
Suatu
hari, pada masa kemarau panceklik, dimana orang – orang miskin kesulitan
mendapatkan air karena harus membelinya dari sumur orang Yahudi, Utsman bin
Affan membeli sumur itu dan mewakafkannya untuk dimanfaatkan oleh orang – orang
miskin tersebut. Pernah juga Utsman bin Affan menginfakan 700 ekor unta yang
hendak dibeli oleh saudagar kaya, tapi beliau justru menyedekahkan unta
tersebut. Saat pasukan muslim ingin pergi ke Tabuk bersama Rasulullah, Utsman
bin Affan juga menanggung perbekalan 3.000 pasukan muslim yang tidak memiliki
bekal untuk melakukan perjalanan. Bayangkan 3.000 perbekalan pasukan muslim itu
artinya bukan masalah makan saja tapi juga termasuk dalam hal kendaraan dan
lain sebagainya, jadi ibarat kata pasukan muslim yang ditanggung ini hanya
tinggal berangkat bawa badan. Coba bandingkan dengan orang terkaya yang ada
saat ini, adakah yang sampai bersedekah sebanyak itu? Ini cukup dijawab di hati
masing – masing saja.
Para
sahabat Rasulullah ini amat sangat luar biasa keimanannya, mereka memandang
dunia ini tidak ada apa – apanya, mungkin kalau dibandingkan dengan keimanan kita
saat ini, sekuat – kuatnya iman kita adalah selemah – lemahnya iman para
Sahabat, atau mungkin tidak akan sampai keimanan kita dengan para sahabat. Ketika
kita membaca kisah para sahabat mungkin terbesit dalam hati “Enak ya hidup di
zaman Rasulullah, kita bisa berguru langsung dari Rasulullah, bertemu dengan
Rasulullah, membersamai Rasulullah dalam suka duka serta dakwahnya, dan lain
sebagainya bersama Rasulullah.” Sungguh kita harus berhati – hati ketika
berpikir seperti itu, dalam sekilas memang tidak ada yang salah dari pernyataan
tersebut, tapi bila diteliti, bisa jadi pernyataan tersebut adalah bentuk
ingkarnya kita atas ketetapan Allah. Allah sudah menakdirkan kita hidup di
akhir zaman, zaman dimasa yang jauh berabad – abad dari zaman Rasulullah, tapi
bukan perkara hidup di zaman apa dan zaman siapa, tetaplah kita harus beriman
kepada Allah dan Rasulnya. Boleh jadi ketika kita hidup di zaman Rasulullah,
kita bukan menjadi sahabat yang senantiasa membersamai Rasulullah, boleh jadi
ketika kita hidup di zaman Rasulullah jutru kita menjadi musuh Rasulullah
seperti Abu Jahal atau Abu Lahab, beruntung kalau sebelum kita wafat kita
mendapatkan hidayah, seperti Umar bin Khattab, yang tadinya ingin membunuh
Rasulullah jadi bersyahadat di hadapan Rasulullah.
Sungguh
setiap ketetapan Allah tidak akan ada yang salah dan tanpa tujuan, termasuk
kita saat ini yang mengaku islam di akhir zaman, yang fitnahnya luar biasa. Masalahnya
tinggal pada diri kita, yang ingin meneladani kisah Rasulullah dan para sahabat
atau tidak. Lagi – lagi ajaran Rasulullah itu berlaku untuk sepanjang zaman,
dan bisa jadi Allah menghidupkan kita di akhir zaman ini karena Allah
menginginkan kita mengambil bagian dari kebangkitan Islam dan mengamalkan
ajaran Rasulullah. Kita pun sebagai umat Rasulullah Muhammad yang belum pernah
berjumpa harusnya lebih bersyukur, karena pernah suatu ketika Rasulullah tiba –
tiba menangis, sahabat yang mendampingi beliau pun bertanya “Wahai Rasulullah
mengapa engkau menangis?” Rasulullah menjawab, “Aku merindukan umatku yang
kucintai.” Para sahabat pun kebingungan kemudian bertanya “Bukankah kami disini
ya Rasulullah?” Rasulullah pun menjawab, “Tidak, kalian adalah sahabatku,
umatku yang ku cintai adalah mereka yang percaya kepadaku, padahal mereka tidak
pernah berjumpa dengan ku dan melihat aku.” Allahumma
sholli ala Muhammad.
Sumber
:
Fillah,
Salim A. 2014. Lapis – lapis Keberkahan.
Yogyakarta : Pro U Media
Podcast
Sayf Muhammad Isa
setelah baca ini, jadi sadar kalo hidup di jaman sekarang emang berat banget, beratnya karna gampang kena dosa. kalo buka instagram, pasti ada konten dewasa. di TV juga, di tiktok apalagi.
BalasHapusemang bener sih, udah paling enak di jaman rosul dah pokoknya. sekalipun kerjaan kita nongkrong, tapi nongkrongnya sama para sahabat rosul, dan obrolannya pasti berfaedah, entah itu membahas ketauhidan, atau fiqih.
semoga kita jadi orang yang selamat dunia akhirat