“Aku kalau udah gede
nanti mau jadi dokter, biar bisa nyembuhin orang yang sakit dan gak punya
uang.” Itulah kira – kira perkataan polos seorang anak kecil kepada ibunya,
atau gurunya atau bahkan temannya perihal cita – cita. Seharusnya memang
perkataan itu terpatri tetap sampai si anak dewasa, tapi faktanya banyak yang
ketika dewasa dan mengetahui dunia seperti apa malah jadi mundur dan menyerah.
Tak sedikit juga yang memberi batasan diri “Kayaknya gue gak bisa deh jadi
dokter.” atau “Jadi dokter itu harus pinter, banyak duit, sekolahnya lama, gue
mana bisa.” dan kata – kata lain yang memberi batasan kepada diri kita sendiri.
Sebenarnya kita mungkin bisa saja berusaha lebih keras dan lebih maksimal untuk
mewujudkan cita – cita polos masa kecil kita, tapi alih – alih berkata harus
realistis kita justru membatasi diri kita sendiri.
“Masa depan itu hanya
Allah yang tahu, kitamah sebagai hamba tinggal jalanin aja.” Si anak yang kini
sudah beranjak dewasa dan mulai mempelajari kehidupan berkata dengan gaya ‘sok
bijaknya’. Takdir banyak yang berpendapat soal sebuah kata tersebut, ulama pun
memiliki penafsiran yang beragam. Lantas kita ikut yang mana?
Pada sebuah kajian yang
diberikan oleh ustadz Felix, ya mau pendapat soal takdir kita sebagai muslim
harunya bijak dalam bertindak dan berpikir. Takdir memang sebuah misteri, masa
depan yang tidak pernah kita tahu seperti apa kita ke depannya. Saya pun tak
tahu akan menjadi diri saya di usia yang sekarang. Dahulu saya hanyalah seperti
anak kecil polos yang berangan ingin jadi ini dan itu, nyatanya saya hari ini
tidak sepenuhnya seperti apa yang saya angankan. Menyesal? Tentu tidak, karena
ini bagian dari scenario yang sudah Allah tuliskan di Laufudz Mahfuz. Jodoh, rezeki, maut semua sudah tertulis rapi dalam
scenario Allah. “Lantas kita gak perlu ngapa – ngapain dong, toh semuanya sudah
Allah yang tentukan?” Tentu tidak seperti itu berpikirnya.
Sebagai seorang muslim,
yang punya tuntunan super komplit dari mulai kitab Al –Qur’an dimana memang
Allah sendiri yang sudah jamin keasliannya sampai akhir jaman, sampai perilaku yang
sudah Rasulullah ajarkan kepada kita, maka sudah selayaknya muslim itu ya harus
produktif. “Lah kalau begitu kita gak percaya sama takdir Allah juga dong?”
Bukan begitu pola pikirnya ya.
Jadi gini, benar masa
depan itu tidak ada yang tahu, Allah rahasiakan bagaimana kita di masa depan,
Allah rahasiakan kapan kita mati, kapan kita sakit, kapan kita dapet bonus dan
lain sebagainya. Untuk apa? Supaya kita sebagai manusia berusaha semaksimal
mungkin dalam melakukan sesuatu, nah tentunya sesuatu ini yang Allah ridhai ya.
Nanti ketika kita sudah melakukan sesuatu dengan maksimal, untuk urusan hasil
ini adalah kehendak Allah, jadi ya biar Allah yang ngatur hasilnya seperti apa,
kita tinggal mengimani saja. “Terus kalau kayak gitu Allah gak adil dong, masa
kita udah usaha maksimal nanti Allah kasih gagal?” Eits harus hati – hati ini. Tentunya
kita tahu Allah Maha Adil kan, nah kalau kita gagal tentu itu yang terbaik
untuk kita, pasti aka nada hikmah di dalamnya. Oke kita ambil contoh seperti
ini, misal saya menulis di blog ini, tujuannya tentu untuk mengajak orang ke
dalam kebaikan, dalam tulisan saya ini tentu saya belajar bagaimana cara
menulis dulu dan saya usahakan untuk banyak membaca buku supaya apa yang saya
tulis ini terpercaya, atau minimal saya dengar dari para ustadz baru saya
tuliskan ulang. Nah intinya saya maksimalkan dalam tulisan saya, ya walaupun
masih banyak banget kekurangan dari tulisan saya ini. Untuk hasilnya? Apakah dari
tulisan saya ini banyak orang yang menjadi baik atau tidak, itu mutlak urusan
Allah. ya saya percayakan saja sama Allah mau hasilnya seperti apa. Karena apa
kalau saya maksa hasilnya harus banyak orang yang berubah dari tulisan ini,
sama saja saya seperti mendikte Allah, padahal saya hanya seorang hamba yang
banyak kurangnya, yang ada saya malah kecewa nantinya.
Contoh lain, kalian
sudah belajar mati – matian supaya nilai ulangan bagus, eh ternyata nilai
ulangannya ya pas KKM aja, padahal kalian berharap banget biar dapet 100. Nah
terus terbesit dalam pikiran kalian “ngapain gua belajar sampe bagadang, toh
hasilnya juga segitu aja.” atau “mending tadi gua nyontek aja, capek – capek begadang
ujungnya segitu juga.” Ini yang salah dalam berpikir. Jadi sudah benar kalian
belajar secara maksimal tapi balik lagi, untuk hasil itu urusan Allah, kalian
sebagai hamba hanya bisa usaha maksimal dan jujur. Mungkin dari hasil KKM tadi
Allah kasih supaya kita terhindar dari sifat sombong atau sifat buruk lainnya,
dan yakin deh atas usaha maksimal yang kita lakukan selama itu mencari ridha
Allah dan kita ikhlas pasti ada pahala buat kita. Bisa saja didunia nilai kita
hanya 75 tapi Allah kasih nilai 100 untuk kita atas keikhlasan atau tawakal
kita.
Intinya, kita sebagai
manusia memang tidak pernah tahu di masa depan kita seperti apa, tapi hal itu
bukan menjadikan kita tidak produktif. Selalu berusaha maksimal dan serahkan
hasilnya sama Allah.
Komentar
Posting Komentar