Langsung ke konten utama

Kisah Meja Makan

picture from google



Meja makan, berbicara soal meja makan, banyak yang kurang memahami makna dari sebuah meja makan ini di dalam rumah. Ya, saya baru menyadari makna itu beberapa bulan silam, tepatnya dari sebuah keluarga yang termasuk dalam kalangan berada,  dimana saya berkesempatan langsung merasakan makna dari meja makan dalam sebuah keluarga.

Awal mula, saya selalu beranggapan bahwa semua keluarga yang berasal dari kalangan menengah keatas meja makannya hanya luas tanpa pernah diisi penuh oleh seluruh anggota keluarga. Yups, sebuah generalisasi yang sering kali ditampilkan dalam sebuah sinetron atau film. *maklum salah satu korban*
Tentu bukan tanpa alasan saya berpikir demikian, karena menurut saya sangat masuk akal apabila orang elite itu sibuk dengan kegiatannya masing - masing, bahkan mungkin mereka beranggapan keluarga itu bukan prioritas. Ayah sibuk rapat sana sini, ibunya pun tak mau kalah, anaknya les sana sini, ini apabila si anak melampiaskan ke arah yang benar, kalau tidak.. ah sudahlah terlalu menyeramkan untuk diperjelas. Lagi - lagi generalisasi. desclaimer dulu kali ya, tentu tidak semua keluarga menengah keatas kondisinya seperti yang saya sebutkan, yang harmonis dan penuh cinta didalamnya pun sangat banyak.

Kembali ke dalam meja makan tadi, langsung saja kita mulai ceritanya ya.. selamat membaca...

Awal mula saya terlibat dalam sebuah kepanitiaan yang acaranya pun tak terbayang akan jadi seperti apa, tentu karena dalam kondisi pandemi ini semua kegiatan serba virtual dan untuk kali pertamanya dilaksanakan dengan cara virtual. Alhasil berubah konsep sana sini dan terjadi perubahan konsep bukan hanya sekali atau dua kali tapi berulang kali. Singkat cerita setelah waktu yang cukup lama untuk mematangkan konsep yang secara otomatis waktu kegiatan berlangsung pun semakin dekat, akhirnya kami mendapatkan konsep yang sesuai. Dan pada kegiatan ini, Allah seperti memberikan kemudahan, kami pun mendapatkan bantuan yang luar biasa dari orang tua murid, dari segi sarana dan prasarana, bahkan tidak tanggung - tanggung kami pun disediakan tempat (baca :rumah salah satu orang tua murid) agar kegiatan terlaksana maksimal.

Sekali lagi, bukan di kantor saya tidak ada alatnya sama sekali, hanyasanya ketersediaan alat masih terbatas dan lagi - lagi karena kondisi pandemi yang diluar rencana maka harus ada rencana - rencana lain, tapi tetap saja rencana Allah yang akan berjalan. Allah memberikan ujian tentu ada kunci jawaban yang dibuat, kita hanya diminta untuk bersabar, itupun yang berlaku dalam kegiatan kali ini, begitu banyak kemudahan yang Allah berikan.

Kembali ke meja makan, suatu hari H-1 kegiatan, tepatnya setelah gladibersih yang ternyata belum benar - benar bersih. Saya dan salah seorang rekan saya terpaksa harus pulang lebih lama, Ya karena kamilah yang bertanggung jawab dalam penampilan acara kelak, tentunya kami bukan tim depan layar tapi kami tim belakang layar yang menjadi tonggak kelancaran acara nantinya. Kami pun harus menyelesaikan detail setiap acara yang akan ditampilkan dalam layar. Setelah gladi bersih tepatnya setelah maghrib kami pun mulai mengerjakan, tidak terlalu banyak memang tapi cukup memakan waktu. Kami pun saling berbagi agar pekerjaan itu lekas selesai. Pukul 20.00 WIB kami berhasil menyelesaikan slide setiap acara, tentu masih di rumah orang tua murid tersebut. Saat sudah membereskan laptop dan sebagainya, tiba - tiba ada kendala. Kami pun menyampaikan kendala tersebut kepada orang tua murid tersebut. Setelah berpikir panjang sekitar pukul 21.00 WIB kami pun mendapatkan solusi dari permasalahan tersebut, dan kami pun langsung mengerjakan hal terebut. 

Pukul 21.30 WIB, kami pun baru benar - benar selesai mempersiapkan acara besok. Saat kami hendak pamit pulang, murid kami menghampiri kami, mengajak untuk makan malam. Karena tidak enak menolak kami pun mengiyakan. Kami bersama orang tuanya bergegas menuju ruang makan. Saat di meja makan, saya dan rekan saya terkejut, karena awalnya kami kira kami hanya makan bersama murid kami dan orang tuanya karena orang tuanya membantu kami mempersiapkan acara besok, tapi ternyata seluruh anak nya pun ikut duduk di meja makan bersama kami. Saya dan rekan saya pun berbisik "Ini pada belum makan karena nungguin kita atau gimana ya?" pertanyaan yang sama terlontar. Sejujurnya saya dan rekan saya menjadi tidak enak hati karena saya dan rekan saya jadi terlambat makan malam semua. Kami pun menyampaikan permintaan maaf kepada ayah dan ibunya.

Setelah makan malam selesai dihidangkan, ayah dari murid saya pun meminta agar murid saya mempin doa makan, dan saya tercengang ketika murid saya memimpin doa disertai artinya. Tidak berhenti sampai disitu, murid saya dan anak nya yang lain tidak ada yang mengambil makan sebelum ayahnya mengambil makan, kemudian mempersilahkan saya dan rekan saya untuk mengambil makan terlebih dahulu. Sungguh adab yang luar biasa menurut saya. Saat di meja makan pun dan berkumpul seluruh anggota keluarga terjadi percakapan mulai dari ringan sampai yang luar biasa, pertanyaan seputar kabar, dan kegiatan apa saja yang dilakukan seharian ditanyakan oleh ayah dan ibunya kepada seluruh anaknya. Sampai suatu ketika ayahnya berpesan "Ketika kita melakukan pekerjaan sosial atau apapun itu kita cuma ada 2 pilihan, kita buat senang atau kita buat susah, kalau kita buat senang kita akan dapat pahala, dapat ilmu atau dapat pelajaran berharga lainnya, kalau kita buat susah, kita mengeluh, kita hanya dapet capek, gak dapet pahala dan gak dapet apa - apa. Jadi kita harus ikhlas dalam meakukan apapun."
 

Dari perkataan itu saya dan rekan saya tertegun, terutama saya merasa tertohok, karena tanpa disadari dan tanpa dipungkiri saya sering kali mengeluh, mungkin lebih banyak mengelunya daripada ikhlasnya. Astagfirullah.

Pukul 10.00 WIB, kami pun diantar pulang oleh ketiga anak laki-lakinya, tentu saja motor saya ditinggal, karena ibunya khawatir sudah larut malam ditambah memang  sudah sangat lelah rasanya seluruh badan.

Jadi, dari meja makan itu saya belajar banyak hal. Terima kasih untuk segala ilmu dan kesempatannya.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesempatan Hanya Datang Sekali!

Assalamualaikum kawan... Kali ini saya hanya ingin berbagi motivasi dan pengalaman sama kalian semua. Nah untuk judaul artikel yang satu ini pasti sudah umum banget untuk di perbincangkan, dan tentunya kalian pasti pernah ngalamin sendiri kejadian seperti ini, yah sama halnya dengan saya. KESEMPATAN? apa sih yang ada di benak kalian ketika mendengar kata itu? Tentunya banyak sekali definisi atau pengertian yang kalian tahu mengenai kata tersebut.

Cara Mengecek Baterai Handphone

Assalamualaikum.. Kawan kali ini saya ingin berbagi pengetahuan sama kalian yang sebenernya udah cukup lama di dapat tapi baru sempat share.. Nah zaman sekarang tuh, teknologi sudah berkembang dengan sangat cepat, dan tentunya handphone sudah tidak asing dengan kehidupan orang-orang. Apalagi gak sedikit juga yang ketergantungan sama hp.. hayoo ngaku.., heheh Nah, pernah gak sih kalian ngerasa kok baterai hp kalian boros banget atau kok kalo di charge gak penuh-penuh? Kemungkinan besar hal itu bisa terjadi karena ada masalah dengan baterai hp kalian.. gak usah terlalu banyak prolog langsung aja ya..

‘ENAK’ HIDUP DI ZAMAN RASULULLAH

picture from google Ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa “Masa yang terbaik adalah pada masa ku (Rasulullah), kemudian masa berikutnya dan masa berikutnya.” Bisa dibayangkan saat ini kita hidup dimasa yang sangat jauh dengan masa Rasulullah, dan tidak bisa dipungkiri juga bahwa masa kita saat ini sangat berbeda jauh dengan masa Rasulullah dimana keimanan para sahabat Rasulullah yang sangat luar biasa tidak ada apa – apanya dibandingkan dengan keimanan kita saat ini. Bisa kita ambil contoh salah satu sahabat yang kekayaannya sangat luar biasa, dijamin masuk surga, termasuk dalam salah satu Khalafaur Rasyidin (Pemimpin yang bijaksana). Utsman bin Affan. Itulah nama beliau, dimana beliau juga termasuk kedalam sahabat yang awal mengimani Rasulullah setelah diajak oleh Abu Bakar Ash Shiddiq. Beliau termasuk sahabat Rasulullah yang memiliki kekayaan melimpah, tapi dari kekayaan itu tidak menjadikan beliau cinta dunia dan gelap mata lantas menghambur – hamburkan ke dalam kesenangan f