Langsung ke konten utama

HIDUP BUAT APA?

picture from google
Saya awali dengan perkataan dari seorang ulama mahsyur Indonesia, yang meski raganya saat ini sudah tiada, tapi karya beliau dan semangat beliau bahkan jiwa beliau sungguh masih hidup sampai saat ini, karena sesungguhnya orang – orang shalih tidak pernah mati, jiwanya masih hidup di sisi Allah. Dari sepenggal kalimat yang disampaikan oleh Buya Hamka yang saya tuliskan di bagian awal tulisan ini sungguh mengandung makna yang sangat dalam yang sejatinya perkataan beliau itu harus kita renungkan. Kalau hidup di dunia ini hanya sekedar kita menjalani hidup apa adanya, lantas apa bedanya kita dengan babi di hutan? Kalau kita bekerja hanya sekedar bekerja, lantas apa yang membedakan kita dengan kera? Kita akan bahas satu persatu dalam tulisan ini, tapi saya khususkan dalam kalimat pertama yang terkait hidup.

Pernahkah kalian terbesit di dalam pikiran kalian ketika sedang melamun tiga pertanyaan mendasar, yakni
1.      Dari mana sebenarnya kita berasal?
2.      Untuk apa kita diciptakan?
3.      Kemudian akan kemana kita setelah hidup di dunia ini?

Ketiga pertanyaan mendasar tersebut disebut ‘UQDATUL QUBRO’, yakni sebuah fitrah bahwa manusia akan mencari tau siapa dirinya.
Manusia diberikan keistimewaan oleh Allah dengan dibekali akal dan pikiran, yang sudah tentu berfungsi untuk manusia itu berpikir, bahkan di dalam Al – Qur’an pun tidak sedikit ayat Allah yang menyuruh manusia untuk berpikir, yang nantinya dengan berpikir kita bisa menjadi lebih bertakwa sama Allah.

Adapun syarat seorang manusia itu berpikir apabila memenuhi empat kriteria, yakni:
1.      Fakta yang terindra, contohnya kita tahu bawa pohon itu bisa tumbuh, tahu dari mana? Karena kita melihat bahwa pohon itu semakin lama semakin bertambah besar, lantas kita dapat menyimpulkan bahwa pohon itu bisa tumbuh.
2.      Alat indra, tentu ini mendukung syarat yang pertama.
3.      Otak, nah ini bekal awal kita untuk bisa berpikir.
4.      Informasi sebelumnya, kita tahu bahwa 1 + 1 = 2, tahu dari mana dari ilmuwan – ilmuwan sebelumnya yang menyebutkan hal itu, kalo ilmuwan sebelumnya menyebutkan 1+1 =3 mungkin saat ini akan berbeda. Point informasi ini yang nantinya sangat mempengarahi pola pikir dan pola sikap seseorang, hal ini juga yang nantinya membedakan satu orang dengan lainnya karena perbedaan informasi yang mereka terima.

Nah sekarang kita kembali ke pertanyaan mendasar tadi.

Pertanyaan pertama, dari mana kita berasal? Oke untuk menjawab pertanyaan ini mari kita perhatikan sekeliling kita, gunung – gunung yang indah, laut yang menakjubkan, atau kita lihat diri kita sendiri dengan sebuah system yang luar biasa, alam semesta ini sudah diatur dengan system yang sangat rumit, bahkan manusia pun tidak akan sanggup menjangakau seluruhnya, jika saja handphone yang kita nilai canggih saja ada yang membuat atau menciptakan, apakah alam semesta termasuk diri kita tiba – tiba ada dengan sendirinya? Sungguh tidak mungkin, pastilah ada yang menciptakan, dan penciptanya tentulah Maha Hebat, yang kita kenal pencipta tersebut adalah Allah SWT.

Pertanyaan kedua, untuk apa kita diciptakan? Ini sedikit berkaitan dengan pernyataan Buya Hamka tadi, apa kita hanya diciptakan untuk sekedar hidup seperti babi di hutan? Pertanyaannya apakah kita sebagai manusia mau disamakan dengan babi? Tentu tidak ada yang mau, lantas apa yang membedakan? Kita buka Al Qur’an, kan katanya Al Qur’an sebagai petunjuk hidup. Di dalam Al Qur’an tertulis bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah (Q.S. Az Zariyat : 56) menjadi khalifah di bumi (salah satunya dalam QS Al – Baqarah : 30) nantinya manusia juga disuruh untuk berbuat makruf dan mencegah yang munkar (Q.S. Ali Imran : 110)


Pertanyaan ketiga sekaligus pertanyaan terakhir, akan kemana kita setelah hidup? Karena kita berasal dari Allah pasti juga nantinya kita akan kembali kepada Allah, dan sebelum kita kembali kepada Allah tentunya kita akan melewati fase – fase lain yang sangat panjang, mungkin nanti kita akan bahas di tulisan selanjutnya, insyaAllah.

Itulah sedikit ilmu yang saya tahu, saya mendapatkan konsep ini dari YukNgaji Exclusive Session di kajian YukNgaji Jakbar. Ini juga menjadi konsep Aqidah dasar yang harus kita pelajari. Wallahu Alam bi Showab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesempatan Hanya Datang Sekali!

Assalamualaikum kawan... Kali ini saya hanya ingin berbagi motivasi dan pengalaman sama kalian semua. Nah untuk judaul artikel yang satu ini pasti sudah umum banget untuk di perbincangkan, dan tentunya kalian pasti pernah ngalamin sendiri kejadian seperti ini, yah sama halnya dengan saya. KESEMPATAN? apa sih yang ada di benak kalian ketika mendengar kata itu? Tentunya banyak sekali definisi atau pengertian yang kalian tahu mengenai kata tersebut.

Cara Mengecek Baterai Handphone

Assalamualaikum.. Kawan kali ini saya ingin berbagi pengetahuan sama kalian yang sebenernya udah cukup lama di dapat tapi baru sempat share.. Nah zaman sekarang tuh, teknologi sudah berkembang dengan sangat cepat, dan tentunya handphone sudah tidak asing dengan kehidupan orang-orang. Apalagi gak sedikit juga yang ketergantungan sama hp.. hayoo ngaku.., heheh Nah, pernah gak sih kalian ngerasa kok baterai hp kalian boros banget atau kok kalo di charge gak penuh-penuh? Kemungkinan besar hal itu bisa terjadi karena ada masalah dengan baterai hp kalian.. gak usah terlalu banyak prolog langsung aja ya..

‘ENAK’ HIDUP DI ZAMAN RASULULLAH

picture from google Ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa “Masa yang terbaik adalah pada masa ku (Rasulullah), kemudian masa berikutnya dan masa berikutnya.” Bisa dibayangkan saat ini kita hidup dimasa yang sangat jauh dengan masa Rasulullah, dan tidak bisa dipungkiri juga bahwa masa kita saat ini sangat berbeda jauh dengan masa Rasulullah dimana keimanan para sahabat Rasulullah yang sangat luar biasa tidak ada apa – apanya dibandingkan dengan keimanan kita saat ini. Bisa kita ambil contoh salah satu sahabat yang kekayaannya sangat luar biasa, dijamin masuk surga, termasuk dalam salah satu Khalafaur Rasyidin (Pemimpin yang bijaksana). Utsman bin Affan. Itulah nama beliau, dimana beliau juga termasuk kedalam sahabat yang awal mengimani Rasulullah setelah diajak oleh Abu Bakar Ash Shiddiq. Beliau termasuk sahabat Rasulullah yang memiliki kekayaan melimpah, tapi dari kekayaan itu tidak menjadikan beliau cinta dunia dan gelap mata lantas menghambur – hamburkan ke dalam kesenangan f