Keesokaan harinya, Aryani pergi ke
sekolah yang dijelaskan oleh pak Andi kemarin. Ia datang pada hari jum’at dan
pukul 08.00 WIB sesuai jadwal yang diberikan oleh pak Andi atas kesepakatan
dengan kepala SMP tersebut.
“Assalamu’alaikum, ada keperluan apa
ya mbak?” sapa satpam sekolah dengan nada ramah.
“Wa’alaikumussalam pak, saya Aryani
calon guru fisika baru pak, saya ingin bertemu dengan kepala sekolah, kemarin
sudah buat janji.” Jelas Aryani
“Oh baik mbak kalo gitu, mari saya
antar ke ruangan kepala sekolah.” Kata satpam sekolah sambil berjalan menuju ke
ruangan kepala sekolah.
“Baik pak, terima kasih.” Jawab
Aryani sambil mengikuti satpam sekolah berjalan ke ruang kepala sekolah.
Tidak berjalan terlalu jauh dari pos
satpam, kemudian Aryani dan satpam sekolah tiba di depan ruang kepala sekolah.
“Assalamu’alaikum Pak.” Kata satpam
sekolah sambil mengetuk pintu.
“Wa’alaikumussalam.” Jawab kepala
sekolah santun.
“Ini pak, ada bu Aryani katanya
calon guru baru disini ingin bertemu dengan bapak.” Jelas pak satpam.
“Oh iya, bu Aryani silahkan masuk.”
Kepala sekolah mempersilahkan kemudian satpam tersebut pamit menuju posnya.
“Assalamu’alaikum pak.” Sapa Aryani
sambil berjalan masuk ke ruangan kepala sekolah.
“Wa’alaikumussalam, silahkan duduk
bu Aryani.” Kepala sekolah kembali mempersilahkan.
Kepala sekolah menjelaskan terkait
kegiatan rutin sekolah, seperti pembiasaan tilawah Qur’an pada pagi hari,
shalat Dhuha setiap hari, shalat Zuhur berjama’ah beserta shalat rawatib, dan
shalat Ashar berjama’ah, serta kegiatan baik keagamaan maupun non keagamaan
lainnya. Aryani pun menyimak penjelasan yang diberikan. Selain itu, kepala
sekolah juga menjelaskan adanya masa pengenalan lingkungan sekolah selama
seminggu yang harus dijalani oleh Aryani sebelum ia benar – benar diterima di
sekolah tersebut. Selanjutnya kepala sekolah memanggil seorang guru IPA senior
yang nantinya akan menjadi pamong Aryani dan membantunya selama masa pengenalan
sekolah, guru pamong itu biasa disapa dengan Pak Dedy.
“Sudah itu saja bu Aryani,
selanjutnya mungkin boleh kalau ibu mau berkenalan dengan guru – guru lain dan
keliling lingkungan sekolah mungkin bisa didampingi oleh pak Dedy. Silahkan pak
Dedy bisa menemani bu Aryani keliling linkungan sekolah.” Jelas Kepala Sekolah.
“Baik pak.” Jawab pak Dedy dan bu
Aryani santun.
Pak Dedy dan bu Aryani
pun meninggalkan ruangan kepala sekolah dan kemudian berkeliling lingkungan
sekolah serta berkenalan dengan guru – guru lain sesuai dengan arahan dari
kepala sekolah. Saat berkenalan dengan guru – guru lain, Aryani disambut dengan
ramah dan sangat baik, tak sedikit juga para guru yang meledek dengan tujuan
memperakrab suasana. Aryani merasa lingkungan guru disana sangat baik dan
membuatnya senang. Setelah selesai berkenalan dengan seluruh guru kemudian
Aryani berkeliling lingkungan sekolah didampingi oleh pak Dedy. Setelah selesai
Aryani pamit pulang kepada seluruh guru dan kepala sekolah.
Senin pagi, Aryani
memulai kegiatan barunya sebagai seorang pendidik. Sesungguhnya ia merasa
sangat tegang, khawatir apa yang ia gelisahkan terjadi, namun ia yakinkan hati
dan pikirannya bahwa Allah akan memberikan amanah sesuai kemampuan umatnya. Ia
memasuki kelas dengan penuh semangat. Kelas pertamanya adalah kelas 8 – 1.
“Assalamu’alaikum anak
– anak, hari ini bapak datang bersama guru baru yang nantinya akan mengajar
kalian. Nah silahkan bu Aryani memperkenalkan diri terlebih dahulu.” Pak Dedy
mengawali pembelajaran.
Selanjutnya Aryani
memperkenalkan diri dan beberapa anak bertanya terkait dirinya. Setelah selesai
waktu perkenalan, dilanjutkan dengan Aryani menyampaikan materi pembelajaran
hari ini. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat bel pertanda selesainya jam
pelajaran IPA saat itu pun selesai. Kelas pertama yang ia masuki berjalan
lancar. Kelas – kelas yang ia masuki di jam berikutnya bersama guru pamongnya
pun berjalan lancar, tidak seperti kegelisahan yang ia khawatirkan.
Seminggu masa
pengenalan sekolah Aryani jalani dengan lancar, selanjutnya ia mendapatkan
evaluasi dari guru pamong beserta kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.
Aryani menerima masukan yang diberikan guna memperbaiki kemampuannya dalam
penyampaian materi di kelas. Selesainya masa perkenalan menunjukan secara resmi
Aryani telah diterima sebagai guru di sekolah tersebut. Aryani mengucapkan
syukur sambil terus meyakinkan kegelisahan di hati dan pikirannya tidak akan
terjadi. Mulai pekan depan Aryani mengajar di kelas tanpa didampingi oleh guru
pamongnya.
Minggu – minggu awal
Aryani jalani sebagai guru dengan sedikit kewalahan karena butuh adaptasi baik
dengan siswa dan lingkungan sekolah. Apalagi ia masuk kelas sendiri dimana
siswa sangat berbeda ketika ia masuk didampingi guru pamongnya.
“Assalamu’alaikum
warrahmatullahi wabarakatuh” Sapa Aryani saat memasuki kelas 9 – 3.
“Sebelum memulai
pelajaran kita mulai dengan membaca basmallah terlebih dahulu..
bismillahirrohmanirrahim.. ya selanjutnya ibu akan absen satu persatu ya, nanti
yang ibu sebut namanya bisa mengangat tangannya.” Lanjut Aryani
Ketika Aryani mengabsen
satu persatu nama siswa pada kelas tersebut tiba – tiba ada seseorang mengetuk
pintu.
“Assalamua’alaikum bu.”
Sapa salah seorang siswa laki – laki sambil menyalimi Aryani dengan takzim.
“Wa’alaikumussalam,
kamu siapa ya?” Selidik Aryani.
“Saya Reno bu, dari
kelas 9 -2.” Jawab anak tersebut santai.
“Lah terus ngapain
kesini?” Tanya Aryani
“Gapapa bu mau masuk
sini aja. Oh gak boleh ya bu? Yaudah saya keluar lagi deh” Sahut anak tersebut
kemudian berjalan meninggalkan kelas.
Anak – anak sekelas pun
tertawa, sesungguhnya Arini tahu bahwa dirinya sedang dijahili anak tersebut,
dan anak tersebut adalah salah seorang murid kelas yang sedang diajarnya, tapi
Aryani santai saja dan tidak terlalu ambil pusing. Tak lama kemudian, anak laki
– laki tersebut masuk kembali ke kelas.
“Assalamu’alaikum bu,
saya Raufal dari kelas ini bu, maaf bu tadi saya jahil ke ibu. Hehehe.” Kata
anak tersebut santai sambil cengengesan.
“Wa’alaikumussalam, iya
ibu maafkan udah silahkan duduk, jangan ulangi lagi ya.” Jawab Aryani.
Aryani pun melanjutkan
memberikan materi di kelas tersebut. Jam pelajaran pun berganti menjadi jam
istirahat bagi para siswa, jam yang selalu dinanti dan disambut bahagia ketika berdering.
Tiga puluh menit waktu istirahat berakhir, seluruh murid kembali ke kelas
masing – masing. Layaknya murid – murid yang memulai belajar kembali, Aryani
juga mulai berjalan memasuki kelas berikutnya. Jadwal selanjutnya Aryani
mengajar di kelas 9 – 1.
“Bu, bu ibu mau masuk
kelas saya ya?” Tanya salah seorang murid laki – laki sambil menghadang Aryani
bersama beberapa temannya di koridor kelas. Anak laki – laki tersebut
mengenakan jaker Dilan, ya saat itu film Dilan sedang happening dan digandrungi banyak remaja.
“Iya ayo masuk kelas.”
Ajak Aryani
“Bu, ibu cantik deh,
tapi sayang saya belum mencintai ibu, gak tau nanti nanti sore.” Rayu anak laki
– laki tersebut sambil menirukan gaya Dilan.
“Hadeeehh, udah ayo
masuk kelas nanti kalo ibu udah masuk kelas duluan kamu gak ibu bolehin masuk
ya.” Ancam Aryani.
“Iya iya bu.” Jawab anak
laki – laki tersebut agak ketakutan.
Aryani pun bersama
beberapa murid laki – laki pun berjalan masuk menuju koridor. Mereka memulai
kegiatan belajar mengajar dengan serius, pada umumnya mengajar di kelas 9 tidak
terlalu melelahkan bagi Aryani karena murid – murid kelas 9 akan menghadapi
berbagai macam ujian sehingga membuat mereka serius saat belajar di kelas. Tidak
terasa bel pergantian jam pelajaran pun berbunyi, Aryani segera menutup
pelajaran dengan mengucapkan hamdallah dan salam kepada seluruh murid. Tinggal satu
kelas lagi yang harus ia masuki, tapi kelas tersebut baru akan dimulai setelah
shalat zuhur. Aryani pun memutuskan untuk beristirahat sejenak di ruang guru.
“Teeeeeeetttttt” bunyi
bel pertanda waktunya istirahat shalat zuhur. Anak – anak berlarian menuju
masjid agar tidak tertinggal jama’ah. Di sekolah yang Aryani ajar mempunyai
peraturan yang cukup ketat dalam hal kegiatan agama. Anak – anak yang masbuk (baca : tertinggal jam’ah) akan
mendapatkan sanksi. Selesai shalat zuhur waktunya anak – anak istirahat makan
siang. Istirahat kedua waktunya relative panjang dibandingkan istirahat
pertama, kurang lebih satu jam. Satu jam untuk istirahat berlalu ditandai
dengan berbunyinya bel kembali. Seluruh murid berlarian menuju kelasnya masing –
masing. Aryani pun segera bergegas menuju kelas terakhir pada hari tersebut
yang harus ia ajar, yaitu kelas 7 – 3.
“Assalamu’alaikum
warrahmatullahi wabarakatu.” Sapa Aryani saat memasuki kelas.
“Wa’alaikumussalam
warrahmatullahi wabarakatu.” Sahut seluruh murid kompak.
“Ya gimana kabar kalian,
sudah pada kenyang kan ya?” Tanya Aryani
Anak – anak pun
memberikan reaksi yang beragam sesuai dengan keadaanya masing – masing.
“Anak – anak kali ini
kita akan belajar tentang asam, basa dan garam. Nah nanti setelah ibu selesai
menjelaskan aka nada post test terkait materi yang ibu sampaikan dan sifat dari
post test ini seperti ulangan jadi kalian tidak boleh lihat buku, maka dari itu
kalian harus focus memperhatikan saat ibu menjelaskan. Ibu paham ini adalah jam
– jam rawan karena saat ini adalah saat – saat paling nyaman untuk tidur siang,
makanya ibu adakan post test ini supaya kalian tetap focus.” Jelas Aryani
membuka pelajaran.
“Yaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh.”
Seru seluruh murid kompak.
Aryani pun menyampaikan
materi dengan cara memberikan sedikit permainan agar seluruh murid tidak
mengantuk dan supaya lebih mudah dipahami. Walaupun secara fisik mereka sudah
SMP tapi secara sifat mereka masih seperti murid SD yang lebih senang bermain
dan tidak betah untuk duduk diam dalam waktu yang relative lama.
“Nah materinya sudah
selesai ibu jelaskan, sekarang waktunya untuk post test. Ibu minta semuanya
keluarkan kertas selembar, kemudian tuliskan nama dan kelas. Nanti ibu akan
tuliskan pertanyaannya di papan tulis, kalian tinggal menuliskan jawabannya
saja dari pertanyaan yang ibu tuliskan. Paham semua?” Jelas Aryani sambil memastikan
seluruh siswa paham dengan intruksi yang diberikan.
Seluruh murid pun mulai
mengeluarkan kertas selembar, tak sedikit dari mereka yang meminta kertas
temannya dan meminjam alat tulis temannya. Aryani pun segera menuliskan
pertanyaannya di papan tulis. Murid – murid pun mulai menjawab pertanyaan di
kertas jawaban masing – masing.
“Bu.. bu.. ini gak
boleh lihat buku ya?” Tanya salah seorang anak laki – laki. Anak laki – laki ini
termasuk anak yang aktif dan kurang focus saat Aryani menjelaskan materi.
“Iya kan tadi ibu udah
bilang.” Jawab Aryani
“Bu saya gak ngerti mau
jawab apa.” Keluh anak laki – laki tersebut.
“Kan tadi ibu udah
bilang untuk focus memperhatikan, kamu malah melakukan apa saat ibu menjelaskan
tadi?” selidik Aryani.
“Heheheh saya tadi mainan
penghapus bu.” Jawabnya gugup.
“Bu.. bu.. kalo buka Al
– Qur’an boleh gak?” Tanya anak laki – laki tadi.
“Emang mau ngapain?”
Tanya balik Aryani kebingungan.
“Kata pak guru agama,
semua jawaban pertanyaan itu ada di dalam Al – Qur’an bu.” Jawab anak laki – laki
tersebut santai.
Aryani terkejut
mendengar jawaban anak laki – laki tersebut. Pikirannya seolah berhenti dan
hatinya merasa tertohok.
“Yaaaa tapi gak jawaban
soal IPA juga kali!!” Sahut salah seorang temannya kesal.
Anak laki – laki tadi
mengabaikan celoteh dari temannya, ia pun segera membuka Al – Qur’an, kali ini
bukan untuk mencari jawaban dari soal IPA yang diberikan oleh Aryani melainkan
untuk tilawah.
“Sudah – sudah silahkan
lanjutkan kerjakan soal masing – masing.” Aryani menenangkan.
Aryani berkeliling
sambil memastikan seluruh murid sudah mengerjakan yang ia intruksikan, sesekali
ia berhenti dan mengobrol dengan beberapa siswa agar kondisi kelas tidak
terlalu tegang.
“Di kelas ini siapa
yang hafalannya paling banyak?” Tanya Aryani iseng.
“Arkana bu” jawab murid
– murid kompak.
“Oh iya? Sudah berapa
juz?” selidik Aryani ingin tahu.
“5 juz bu, arkana juga
rajin puasa sunnah senin kamis bu.” Celetuk seorang murid menginfokan.
“MasyaAllah mantap
Arkana lanjutkan hafalannya.” Puji Aryani kagum
“Kalau Audy sudah
berapa juz?” Tanya Aryani pada Audy (anak laki – laki yang bertanya tadi).
“Baru satu juz bu.” Jawab
Audy
“Gapapa satu juz juga
udah keren kok, yang penting berusaha untuk terus nambah hafalannya.” Aryani
memberi semangat.
Bel menandakan
berakhirnya pelajaran telah berdering. Aryani meminta seluruh murid untuk
mengumpulkan lembar jawaban mereka. Sebelum pulang Aryani pun memimpin untuk
berdoa terlebih dahulu. Anak – anak berlarian menuju jemputannya masing –
masing. Aryani juga memutuskan untuk segera pulang.
Setibanya di rumah
Aryani mengecek handphonenya,
kemudian ia membuka akun instagram
miliknya. Ia mendapati beberapa murid di sekolahnya memfollow akun ig miliknya, ia pun segera memfoll-backnya, sambil sedikit melihat – lihat isi dari akun
muridnya. Ia sedikit terkejut melihat akun milik Arkana dan Audy karena
sebagian besar postingannya berisi
ceramah para ustadz. Aryani pun seperti memutar ulang kejadian di kelas 7 – 3 tadi
dan ia terngiang – ngiang kata – kata yang disampaikan oleh Audy. Kegelisahan
yang Aryani takutkan pun terjadi, ia khawatir ketika ia mengajar di sekolah
tersebut yang notabenenya adalah sekolah islam aka nada muridnya yang menegur
dirinya terkait agama. Murid kelas 7 – 3 tadi, khususnya Audy memang tidak
menegur secara langsung dan tersurat tapi Audy telah menergurnya secara
tersirat. Juga Arkana dengan hafalannya dan rajinnya puasa sunnah membuat diri
Aryani semakin minder. Dari hal tersebut Aryani memutuskan untuk berubah, ia
mulai mempelajari agama lebih dalam lagi juga perlahan menambah hafalannya. Ia merasa
dirinya harus segera kembali memperdalam ilmu agama dan kejadian tadi merupakan
awal dari titik balik Aryani. Titik balik adalah titik dimana kurva bergerak
naik setelah kurva tersebut turun sampai titik maksimal dalam matematika. Itulah
titik balik Aryani, yaitu titik keadaan dimana ketika dirinya sudah terlalu
lama tidak belajar agama dan sudah berada dalam kondisi maksimal sehingga ia
harus kembali naik, dalam artian kembali belajar agama yang sudah lama ia
abaikan.
Komentar
Posting Komentar