Langsung ke konten utama

Titik Balik 2


Keesokaan harinya, Aryani pergi ke sekolah yang dijelaskan oleh pak Andi kemarin. Ia datang pada hari jum’at dan pukul 08.00 WIB sesuai jadwal yang diberikan oleh pak Andi atas kesepakatan dengan kepala SMP tersebut.

“Assalamu’alaikum, ada keperluan apa ya mbak?” sapa satpam sekolah dengan nada ramah.

“Wa’alaikumussalam pak, saya Aryani calon guru fisika baru pak, saya ingin bertemu dengan kepala sekolah, kemarin sudah buat janji.” Jelas Aryani

“Oh baik mbak kalo gitu, mari saya antar ke ruangan kepala sekolah.” Kata satpam sekolah sambil berjalan menuju ke ruangan kepala sekolah.

“Baik pak, terima kasih.” Jawab Aryani sambil mengikuti satpam sekolah berjalan ke ruang kepala sekolah.

Tidak berjalan terlalu jauh dari pos satpam, kemudian Aryani dan satpam sekolah tiba di depan ruang kepala sekolah.

“Assalamu’alaikum Pak.” Kata satpam sekolah sambil mengetuk pintu.

“Wa’alaikumussalam.” Jawab kepala sekolah santun.

“Ini pak, ada bu Aryani katanya calon guru baru disini ingin bertemu dengan bapak.” Jelas pak satpam.

“Oh iya, bu Aryani silahkan masuk.” Kepala sekolah mempersilahkan kemudian satpam tersebut pamit menuju posnya.

“Assalamu’alaikum pak.” Sapa Aryani sambil berjalan masuk ke ruangan kepala sekolah.

“Wa’alaikumussalam, silahkan duduk bu Aryani.” Kepala sekolah kembali mempersilahkan.

Kepala sekolah menjelaskan terkait kegiatan rutin sekolah, seperti pembiasaan tilawah Qur’an pada pagi hari, shalat Dhuha setiap hari, shalat Zuhur berjama’ah beserta shalat rawatib, dan shalat Ashar berjama’ah, serta kegiatan baik keagamaan maupun non keagamaan lainnya. Aryani pun menyimak penjelasan yang diberikan. Selain itu, kepala sekolah juga menjelaskan adanya masa pengenalan lingkungan sekolah selama seminggu yang harus dijalani oleh Aryani sebelum ia benar – benar diterima di sekolah tersebut. Selanjutnya kepala sekolah memanggil seorang guru IPA senior yang nantinya akan menjadi pamong Aryani dan membantunya selama masa pengenalan sekolah, guru pamong itu biasa disapa dengan Pak Dedy.


“Sudah itu saja bu Aryani, selanjutnya mungkin boleh kalau ibu mau berkenalan dengan guru – guru lain dan keliling lingkungan sekolah mungkin bisa didampingi oleh pak Dedy. Silahkan pak Dedy bisa menemani bu Aryani keliling linkungan sekolah.” Jelas Kepala Sekolah.

“Baik pak.” Jawab pak Dedy dan bu Aryani santun.

Pak Dedy dan bu Aryani pun meninggalkan ruangan kepala sekolah dan kemudian berkeliling lingkungan sekolah serta berkenalan dengan guru – guru lain sesuai dengan arahan dari kepala sekolah. Saat berkenalan dengan guru – guru lain, Aryani disambut dengan ramah dan sangat baik, tak sedikit juga para guru yang meledek dengan tujuan memperakrab suasana. Aryani merasa lingkungan guru disana sangat baik dan membuatnya senang. Setelah selesai berkenalan dengan seluruh guru kemudian Aryani berkeliling lingkungan sekolah didampingi oleh pak Dedy. Setelah selesai Aryani pamit pulang kepada seluruh guru dan kepala sekolah.

Senin pagi, Aryani memulai kegiatan barunya sebagai seorang pendidik. Sesungguhnya ia merasa sangat tegang, khawatir apa yang ia gelisahkan terjadi, namun ia yakinkan hati dan pikirannya bahwa Allah akan memberikan amanah sesuai kemampuan umatnya. Ia memasuki kelas dengan penuh semangat. Kelas pertamanya adalah kelas 8 – 1.

“Assalamu’alaikum anak – anak, hari ini bapak datang bersama guru baru yang nantinya akan mengajar kalian. Nah silahkan bu Aryani memperkenalkan diri terlebih dahulu.” Pak Dedy mengawali pembelajaran.

Selanjutnya Aryani memperkenalkan diri dan beberapa anak bertanya terkait dirinya. Setelah selesai waktu perkenalan, dilanjutkan dengan Aryani menyampaikan materi pembelajaran hari ini. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat bel pertanda selesainya jam pelajaran IPA saat itu pun selesai. Kelas pertama yang ia masuki berjalan lancar. Kelas – kelas yang ia masuki di jam berikutnya bersama guru pamongnya pun berjalan lancar, tidak seperti kegelisahan yang ia khawatirkan.

Seminggu masa pengenalan sekolah Aryani jalani dengan lancar, selanjutnya ia mendapatkan evaluasi dari guru pamong beserta kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Aryani menerima masukan yang diberikan guna memperbaiki kemampuannya dalam penyampaian materi di kelas. Selesainya masa perkenalan menunjukan secara resmi Aryani telah diterima sebagai guru di sekolah tersebut. Aryani mengucapkan syukur sambil terus meyakinkan kegelisahan di hati dan pikirannya tidak akan terjadi. Mulai pekan depan Aryani mengajar di kelas tanpa didampingi oleh guru pamongnya.

Minggu – minggu awal Aryani jalani sebagai guru dengan sedikit kewalahan karena butuh adaptasi baik dengan siswa dan lingkungan sekolah. Apalagi ia masuk kelas sendiri dimana siswa sangat berbeda ketika ia masuk didampingi guru pamongnya.

“Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh” Sapa Aryani saat memasuki kelas 9 – 3.

“Sebelum memulai pelajaran kita mulai dengan membaca basmallah terlebih dahulu.. bismillahirrohmanirrahim.. ya selanjutnya ibu akan absen satu persatu ya, nanti yang ibu sebut namanya bisa mengangat tangannya.” Lanjut Aryani

Ketika Aryani mengabsen satu persatu nama siswa pada kelas tersebut tiba – tiba ada seseorang mengetuk pintu.

“Assalamua’alaikum bu.” Sapa salah seorang siswa laki – laki sambil menyalimi Aryani dengan takzim.

“Wa’alaikumussalam, kamu siapa ya?” Selidik Aryani.

“Saya Reno bu, dari kelas 9 -2.” Jawab anak tersebut santai.

“Lah terus ngapain kesini?” Tanya Aryani

“Gapapa bu mau masuk sini aja. Oh gak boleh ya bu? Yaudah saya keluar lagi deh” Sahut anak tersebut kemudian berjalan meninggalkan kelas.

Anak – anak sekelas pun tertawa, sesungguhnya Arini tahu bahwa dirinya sedang dijahili anak tersebut, dan anak tersebut adalah salah seorang murid kelas yang sedang diajarnya, tapi Aryani santai saja dan tidak terlalu ambil pusing. Tak lama kemudian, anak laki – laki tersebut masuk kembali ke kelas.

“Assalamu’alaikum bu, saya Raufal dari kelas ini bu, maaf bu tadi saya jahil ke ibu. Hehehe.” Kata anak tersebut santai sambil cengengesan.

“Wa’alaikumussalam, iya ibu maafkan udah silahkan duduk, jangan ulangi lagi ya.” Jawab Aryani.
Aryani pun melanjutkan memberikan materi di kelas tersebut. Jam pelajaran pun berganti menjadi jam istirahat bagi para siswa, jam yang selalu dinanti dan disambut bahagia ketika berdering. Tiga puluh menit waktu istirahat berakhir, seluruh murid kembali ke kelas masing – masing. Layaknya murid – murid yang memulai belajar kembali, Aryani juga mulai berjalan memasuki kelas berikutnya. Jadwal selanjutnya Aryani mengajar di kelas 9 – 1.

“Bu, bu ibu mau masuk kelas saya ya?” Tanya salah seorang murid laki – laki sambil menghadang Aryani bersama beberapa temannya di koridor kelas. Anak laki – laki tersebut mengenakan jaker Dilan, ya saat itu film Dilan sedang happening dan digandrungi banyak remaja.

“Iya ayo masuk kelas.” Ajak Aryani

“Bu, ibu cantik deh, tapi sayang saya belum mencintai ibu, gak tau nanti nanti sore.” Rayu anak laki – laki tersebut sambil menirukan gaya Dilan.

“Hadeeehh, udah ayo masuk kelas nanti kalo ibu udah masuk kelas duluan kamu gak ibu bolehin masuk ya.” Ancam Aryani.

“Iya iya bu.” Jawab anak laki – laki tersebut agak ketakutan.

Aryani pun bersama beberapa murid laki – laki pun berjalan masuk menuju koridor. Mereka memulai kegiatan belajar mengajar dengan serius, pada umumnya mengajar di kelas 9 tidak terlalu melelahkan bagi Aryani karena murid – murid kelas 9 akan menghadapi berbagai macam ujian sehingga membuat mereka serius saat belajar di kelas. Tidak terasa bel pergantian jam pelajaran pun berbunyi, Aryani segera menutup pelajaran dengan mengucapkan hamdallah dan salam kepada seluruh murid. Tinggal satu kelas lagi yang harus ia masuki, tapi kelas tersebut baru akan dimulai setelah shalat zuhur. Aryani pun memutuskan untuk beristirahat sejenak di ruang guru.

“Teeeeeeetttttt” bunyi bel pertanda waktunya istirahat shalat zuhur. Anak – anak berlarian menuju masjid agar tidak tertinggal jama’ah. Di sekolah yang Aryani ajar mempunyai peraturan yang cukup ketat dalam hal kegiatan agama. Anak – anak yang masbuk (baca : tertinggal jam’ah) akan mendapatkan sanksi. Selesai shalat zuhur waktunya anak – anak istirahat makan siang. Istirahat kedua waktunya relative panjang dibandingkan istirahat pertama, kurang lebih satu jam. Satu jam untuk istirahat berlalu ditandai dengan berbunyinya bel kembali. Seluruh murid berlarian menuju kelasnya masing – masing. Aryani pun segera bergegas menuju kelas terakhir pada hari tersebut yang harus ia ajar, yaitu kelas 7 – 3.

“Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatu.” Sapa Aryani saat memasuki kelas.

“Wa’alaikumussalam warrahmatullahi wabarakatu.” Sahut seluruh murid kompak.

“Ya gimana kabar kalian, sudah pada kenyang kan ya?” Tanya Aryani

Anak – anak pun memberikan reaksi yang beragam sesuai dengan keadaanya masing – masing.

“Anak – anak kali ini kita akan belajar tentang asam, basa dan garam. Nah nanti setelah ibu selesai menjelaskan aka nada post test terkait materi yang ibu sampaikan dan sifat dari post test ini seperti ulangan jadi kalian tidak boleh lihat buku, maka dari itu kalian harus focus memperhatikan saat ibu menjelaskan. Ibu paham ini adalah jam – jam rawan karena saat ini adalah saat – saat paling nyaman untuk tidur siang, makanya ibu adakan post test ini supaya kalian tetap focus.” Jelas Aryani membuka pelajaran.

“Yaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh.” Seru seluruh murid kompak.
Aryani pun menyampaikan materi dengan cara memberikan sedikit permainan agar seluruh murid tidak mengantuk dan supaya lebih mudah dipahami. Walaupun secara fisik mereka sudah SMP tapi secara sifat mereka masih seperti murid SD yang lebih senang bermain dan tidak betah untuk duduk diam dalam waktu yang relative lama.

“Nah materinya sudah selesai ibu jelaskan, sekarang waktunya untuk post test. Ibu minta semuanya keluarkan kertas selembar, kemudian tuliskan nama dan kelas. Nanti ibu akan tuliskan pertanyaannya di papan tulis, kalian tinggal menuliskan jawabannya saja dari pertanyaan yang ibu tuliskan. Paham semua?” Jelas Aryani sambil memastikan seluruh siswa paham dengan intruksi yang diberikan.

Seluruh murid pun mulai mengeluarkan kertas selembar, tak sedikit dari mereka yang meminta kertas temannya dan meminjam alat tulis temannya. Aryani pun segera menuliskan pertanyaannya di papan tulis. Murid – murid pun mulai menjawab pertanyaan di kertas jawaban masing – masing.

“Bu.. bu.. ini gak boleh lihat buku ya?” Tanya salah seorang anak laki – laki. Anak laki – laki ini termasuk anak yang aktif dan kurang focus saat Aryani menjelaskan materi.

“Iya kan tadi ibu udah bilang.” Jawab Aryani

“Bu saya gak ngerti mau jawab apa.” Keluh anak laki – laki tersebut.

“Kan tadi ibu udah bilang untuk focus memperhatikan, kamu malah melakukan apa saat ibu menjelaskan tadi?” selidik Aryani.

“Heheheh saya tadi mainan penghapus bu.” Jawabnya gugup.

“Bu.. bu.. kalo buka Al – Qur’an boleh gak?” Tanya anak laki – laki tadi.

“Emang mau ngapain?” Tanya balik Aryani kebingungan.

“Kata pak guru agama, semua jawaban pertanyaan itu ada di dalam Al – Qur’an bu.” Jawab anak laki – laki tersebut santai.

Aryani terkejut mendengar jawaban anak laki – laki tersebut. Pikirannya seolah berhenti dan hatinya merasa tertohok.

“Yaaaa tapi gak jawaban soal IPA juga kali!!” Sahut salah seorang temannya kesal.

Anak laki – laki tadi mengabaikan celoteh dari temannya, ia pun segera membuka Al – Qur’an, kali ini bukan untuk mencari jawaban dari soal IPA yang diberikan oleh Aryani melainkan untuk tilawah.

“Sudah – sudah silahkan lanjutkan kerjakan soal masing – masing.” Aryani menenangkan.

Aryani berkeliling sambil memastikan seluruh murid sudah mengerjakan yang ia intruksikan, sesekali ia berhenti dan mengobrol dengan beberapa siswa agar kondisi kelas tidak terlalu tegang.

“Di kelas ini siapa yang hafalannya paling banyak?” Tanya Aryani iseng.

“Arkana bu” jawab murid – murid kompak.

“Oh iya? Sudah berapa juz?” selidik Aryani ingin tahu.

“5 juz bu, arkana juga rajin puasa sunnah senin kamis bu.” Celetuk seorang murid menginfokan.

“MasyaAllah mantap Arkana lanjutkan hafalannya.” Puji Aryani kagum

“Kalau Audy sudah berapa juz?” Tanya Aryani pada Audy (anak laki – laki yang bertanya tadi).
“Baru satu juz bu.” Jawab Audy

“Gapapa satu juz juga udah keren kok, yang penting berusaha untuk terus nambah hafalannya.” Aryani memberi semangat.

Bel menandakan berakhirnya pelajaran telah berdering. Aryani meminta seluruh murid untuk mengumpulkan lembar jawaban mereka. Sebelum pulang Aryani pun memimpin untuk berdoa terlebih dahulu. Anak – anak berlarian menuju jemputannya masing – masing. Aryani juga memutuskan untuk segera pulang.

Setibanya di rumah Aryani mengecek handphonenya, kemudian ia membuka akun instagram miliknya. Ia mendapati beberapa murid di sekolahnya memfollow akun ig miliknya, ia pun segera memfoll-backnya, sambil sedikit melihat – lihat isi dari akun muridnya. Ia sedikit terkejut melihat akun milik Arkana dan Audy karena sebagian besar postingannya berisi ceramah para ustadz. Aryani pun seperti memutar ulang kejadian di kelas 7 – 3 tadi dan ia terngiang – ngiang kata – kata yang disampaikan oleh Audy. Kegelisahan yang Aryani takutkan pun terjadi, ia khawatir ketika ia mengajar di sekolah tersebut yang notabenenya adalah sekolah islam aka nada muridnya yang menegur dirinya terkait agama. Murid kelas 7 – 3 tadi, khususnya Audy memang tidak menegur secara langsung dan tersurat tapi Audy telah menergurnya secara tersirat. Juga Arkana dengan hafalannya dan rajinnya puasa sunnah membuat diri Aryani semakin minder. Dari hal tersebut Aryani memutuskan untuk berubah, ia mulai mempelajari agama lebih dalam lagi juga perlahan menambah hafalannya. Ia merasa dirinya harus segera kembali memperdalam ilmu agama dan kejadian tadi merupakan awal dari titik balik Aryani. Titik balik adalah titik dimana kurva bergerak naik setelah kurva tersebut turun sampai titik maksimal dalam matematika. Itulah titik balik Aryani, yaitu titik keadaan dimana ketika dirinya sudah terlalu lama tidak belajar agama dan sudah berada dalam kondisi maksimal sehingga ia harus kembali naik, dalam artian kembali belajar agama yang sudah lama ia abaikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buat Apa Susah-susah Belajar, Ujungnya Gak Kepake!

  picture from google “Ngapain sih kita belajar integral, matriks, turunantoh ujungnya kalo beli siomay gak akan ditanyain integral sama abangnya!” Celetuk seorang siswa dalam sebuah kelas setelah selesai pelajaran matematika. “Iya kalo di fisika juga sama, ngapain coba kita pusing – pusing belajar gerak parabola, emang ada atlet basket yang mau shooting ngitungin sudutnya dulu, kecepatannya berapa biar bisa masuk ke ring, yang ada keburu diambil lawan bolanya” tambah temannya yang lain. Yups, setiap pelajar pasti pernah memikirkan hal ini. Pasalnya mereka merasa apa yang mereka pelajari tidak berguna untuk kehidupan mereka. Udah pusing – pusing, tapi gak bermanfaat kan kayak sia – sia perjuangan. Eiitsss, tapi jangan buru – buru menghakimi, sesuatu yang kita pelajari itu sia – sia, karena sesungguhnya belajar apapun itu tidak akan sia – sia. Lantas akan muncul pertanyaan ‘Buat apa kita pelajari itu semua kalo gak kepake buat kehidupan kita?’ Oke, buat para pelajar yang sed...

LEMAHNYA IMAN

  picture from google Pernah gak sih kalian merasa, kok hidup gua gini – gini aja ya? Atau merasa kok hidup dia banyak banget ya Allah kasih privilege sedangkan gua nggak? Atau pikiran – pikiran lainnya yang bisa buat efek negative justru di hidup kalian. Yups pasti semua orang pernah merasa seperti itu. Tapi tahukah kalian, kalau pikiran seperti itu hadir dari lemahnya iman kita sama Allah. Astagfirullah. Sebelum ke bahasan selanjutnya, saya disclaimer dulu, kalau saya menuliskan ini bukan berarti iman saya sudah kuat atau saya sudah paling taqwa. Sungguh tidak sama sekali seperti itu, tapi saya tuliskan hal ini justru buat jadi pengingat buat saya pribadi. Oke kita langsung ke topic kali ini. Dan mohon maaf kalo agak sedikit curcol, heheh Jadi beberapa bulan silam saya merasa hidup saya seperti kehilangan arah karena satu dan lain hal, yang tak perlu saya ceritakan disini. Singkat cerita saya pun merasa bingung terkait ‘apa tujuan hidup saya sebenarnya’ padahal kalo saja...

AKU MALU

  Karya : Arum Setyarini   Aku malu Ketika di bumi Palestina umat bersatu Aku hanya bisa menggerutu Atas masalah remeh temehku yang tak sepadu Dan aku tak sanggup membantu Juga bibirku begitu kelu Untuk mereka yang tengah memperjuangkan agama – Mu   Aku sungguh malu pada mereka Anak – anak, orang tua, dan pemuda yang menjadi syuhada Yang sudah mendapat balasan surga Sementara aku, yang masih berusaha menyembuhkan luka Luka yang amat tak seberapa Dibanding dengan mereka yang ada di jalur Gaza   Aku teramat malu pada mereka Karena merasa iba pada warga Palestina Padahal sebaliknya Mereka yang mempertahankan Al Aqsa secara nyata Sejatinya begitu dekat dengan surgaNya Sementara aku, yang hisabnya entah bagaimana Disini, hanya bisa merangkai kata Tak lupa mengirim untuaian doa   Aku benar – benar malu Disana mereka menghidupkan malam dengan begitu menggebu Di sepuluh malam terakhir Ramdhan- Mu Dengan perlengka...