Sebuah pesan masuk dalam chat WA
Aryani berisi info lowongan kerja. Aryani adalah seorang freshgraduate yang baru saja tiga pekan lalu diwisuda. Sudah sejak
awal ia diwisuda, ia melamar di berbagai instansi,mulai dari instansi yang
linear dengan pendidikan terakhirnya sampai instansi yang menerima berbagai
jurusan, namun belum membuahkan hasil yang ia harapkan. Aryani adalah seorang
lulusan LPTK atau yang biasa dikenal dengan keguruan, tapi bukan berarti orang
yang lulusan keguruan kelak akan menjadi guru, banyak teman sekampus atau
seprodinya yang bekerja di perusahaan dari berbagai bidang. Pesan yang baru diterimanya
itu adalah lowongan dari salah satu sekolah islam terenal di kotanya. Tanpa
berpikir panjang Aryani langsung menghubungi contact
person yang ada pada pesan tersebut.
“Wa’alaikumussalam, besok bisa
langsung ke yayasan pusat untuk test jam 8 pagi.” Sebuah pesan balasan baru
saja diterima oleh Aryani setelah ia menunaikan shalat Maghrib. Dengan semangat
namun juga terkejut ia membaca pesan tersebut, sejujurnya ia sangat senang
karena sebuah kesempatan baru saja terbuka, namun ia juga bingung apa saja yang
harus ia siapkan untuk test besok.
“Baik pak” balas Aryani singkat,
ia sudah tau letak yayasan pusat sekolah tersebut, karena sekolah tersebut
cukup terkenal dan menjadi idaman banyak orang yang hendak menjadi guru. Aryani memang tahu letak yayasan pusat tersebut, namun bukan berarti ia hafal jalan menuju kesana. Aryani memang sangat lemah dalam menghafal jalan, bukan hitungan jari lagi pengalamannya tersesat di jalan. Bukan, bukan karena ia malu bertanya di jalan maka ia tersesat, tapi lebih karena ia tidak bisa mengingat dengan baik jalan yang diarahkan oleh orang yang ia tanyai. Seketika ia jadi teringat pengalamannya keliling Jakarta bersama ketum (baca : ketua umum) organisasi di kampusnya saat mengantar proposal ke Dinas Pendidikan Provinsi, ia dan ketumnya tersesat karena berkali - kali salah jalan mulai dari salah belok atau salah karena naik fly over sehingga harus putar balik sangat jauh, padahal sebelumnya Aryani pernah ke tempat tersebut dan ketumnya tahu hal itu.
Keesokan harinya Aryani datang ke
yayasan tersebut dan menemui orang yang ada pada contact person. Ia sengaja berangkat lebih pagi dari rumahnya agar
tidak terlambat karena ia belum hafal jalan ke yayasan tersebut sehingga di
perjalanan ia harus sering membuka aplikasi google
maps agar ia tidak tersesat. Jalanan pagi itu cukup padat ditambah ia harus
sering berhenti untuk membuka google maps,
bruntung ia sampai tepat waktu. Menurutnya terlambat ketika kita test atau
wawancara akan bisa membuat penilaian negative dan kemungkinan besar menjadi
gagal diterima di instansi tersebut.
“Assalamu’alaikum pak, saya
Aryani, saya ingin bertemu dengan pak Andi.” Aryani menjelaskan.
“Oh iya, mbak Aryani yang ingin
test untuk jadi guru fisika di SMP X ya?” tanya seorang yang berada di meja
resepsionins.
“Betul pak.” Jawab Aryani
singkat.
“Silahkan tunggu dulu di sofa
situ mbak, nanti akan saya panggil mbak” jawab bapak tersebut.
Aryani pun menuju ke sofa yang
diarahkan bapak tadi. Di sofa tersebut ada beberapa orang lainnya juga terlihat
sedang menunggu. Aryani mencoba mengobrol dengan orang tersebut untuk
menghilangkan kejenuhan. Beberapa menit kemudian Aryani dipanggil
oleh seorang perempuan yang tidak lain adalah pegawai dari yayasan tersebut.
Perempuan itu mengajaknya ke sebuah ruangan dan memberikan beberapa lembar soal
untuk dikerjakan.
“Ini soalnya mbak, silahkan
kerjakan disini sampai pukul 12.00, nanti saya akan kesini mengambil lembar
soal dan lembar jawaban yang sudah dikerjakan. Setelah selesai mengerjakan
soal, nanti mbak bisa shalat zuhur dulu dan makan siang, terus pukul 13.30 mbak
bisa kesini lagi untuk informasi selanjutnya. Oh iya nama saya bu Rina.”
Perempuan tersebut menjelaskan.
“Baik bu, oh iya ini berkas
lamaran saya bu.” Jawab Aryani sambil menyerahkan map cokelat.
Aryani mulai mengerjakan soal
tersebut, soal tersebut terdiri dari tiga bidang, yaitu soal pengetahuan agama
islam, soal bahasa inggris, dan soal fisika. Aryani memulai dari mengerjakan
soal fisika, karena menurutnya itu adalah soal yang paling mudah dari ketiganya,
kemudian dilanjutkan dengan soal bahasa inggris dan soal pengetahuan agama
islam. Saat mengerjakan soal – soal tersebut ia amat sangat merasa kesulitan dalam mengerjakan
soal agama islam, disitu ia jadi berpikir ternyata pengetahuan agama islam yang
ia tahu sangatlah sedikit. Soal agama islam yang diberikan kebanyakan tentang
arti dari ayat Al – Qur’an dan Hadits. Pukul 12.00 bu Rina datang kembali ke
ruang test, Aryani menyerahkan lembar soal dan lembar jawaban yang telah
selesai ia kerjakan, kemudian bu Rina pun mempersilahkan Aryani untuk ishoma
(istirahat, sholat, dan makan). Jam di tangannya menunjukan pukul 13.10, masih ada waktu 20 menit dari waktu
yang dikatakan oleh bu Rina, namun ia memutuskan untu menunggu di sofa tadi,
karena ia juga tidak tahu denah dari yayasan tersebut.
Setelah meunggu 20 menit, bu Rina
pun menghampiri Aryani.
“Mbak Aryani, kita lanjut ke test
wawancara ya, silahkan ikuti saya.” Bu
Rina memberi intruksi.
“Nah mbak silahkan masuk nanti
akan ditest oleh Pak Anto.” Jelas bu Rina.
“Baik bu, terima kasih.” Jawab
Aryani sopan.
Aryani pun memasuki ruang
wawancara agak sedikit tegang.
“Assalamu’alaikum pak.” Sapa
Aryani
“Wa’alaikumussalam, silahkan
duduk mbak… Aryani.” Jawab pak Anto sambil membaca CV
Pak Anto mewawancarai Aryani
sambil membaca CVnya, Aryani pun menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh
Pak Anto sesuai CV yang ia tulis. Aryani hafal betul apa saja yang ia tulis
dalam CVnya karena ia menuliskannya sendiri. Itulah hal penting yang harus
dikuasai ketika kita test wawancara. Aryani berusaha menjawab pertanyaan dari
pak Anto dengan santai dan tegas walaupun sebenarnya ia cukup tegang saat itu,
hal tersebut merupakan tips yang ia dapat dari seniornya di organisasi
kampusnya.
“Bukalah Al –
Qur’an yang ada disamping kamu, cari surah Maryam kemudian bacakan.” Kata pak
Anto santai.
“B..baik pak.”
Jawab Aryani sedikit terkejut.
Aryani pun
membuka Al Qur’an yang ada disampingnya sesuai yang diintruksikan, sebenarnya
Aryani bukan orang yang sangat agamis, namun ia bisa membaca Al Qur’an hanya
saja tidak sefasih dan seindah para qori membacanya. Aryani membaca Al Qur’an
sesuai dengan kemampuannya.
“Hafalan kamu
berapa juz?” selidik pak Anto
Aryani pun
kaget mendengar pertanyaan yang baru saja terlontarkan oleh pak Anto.
“Hmm saya
hanya hafal surah – surah pendek pak.” Jawab Aryani jujur namun juga dengan
perasaan malu – malu.
Pak Anto meminta Aryani untuk membacakan empat surah pendek, dan Aryani pun membacakan dengan lancar, beruntung surah yang pak Anto minta bacakan adalah surah yang dihafal dengan baik oleh Aryani.
“Coba sekarang
praktikan sholat dengan bacaan dikeraskan, satu raka’at saja.” Pinta pak Anto.
“Duduk atau
berdiri pak?” tanya Aryani
“Duduk saja.”
Jawab pak Anto singkat
Aryani pun
menuruti apa yang diperintahkan pak Anto. Ia mempraktikan sholat dengan bacaan
shalat dikeraskan, namun dengan nada tergesa – gesa. Setelah selesai
mempraktikan shalat pak Anto meminta Aryani membaca do’a setelah shalat dan
Aryani melaksanakan yang dipinta oleh pak Anto.
“Apa arti
bacaan saat tahiyat akhir?” tanya pak Anto
Aryani pun
terdiam, kemudian menjawab “Hmm saya gak tau Pak.”
“Nah itulah
kenapa bacaan shalat kamu tergesa – gesa, karena kamu tidak memahami arti
bacaan yang kamu baca tadi, itulah sebabnya banyak orang yang tidak khusyu’
ketika shalat, karena ia tidak memahami apa yang i abaca dalam shalatnya. Padahal
dalam shalat itu terkandung do’a juga bagaimana Allah mengkabulkan apa yang dia
do’akan kalau ia sendiri tidak paham apa yang ia pinta.” Pak Anto menjelaskan.
Saat pak Anto
menjelaskan hal tersebut, Aryani merasa seperti tertampar dalam hatinya. Ternyata
ia selama shalat hanya sebatas menggugurkan kewajiban saja, ia tidak benar –
benar memahami maksud dari ia shalat, ia tidak benar – benar sedang beribadah
kepada Allah. Kemudian pak Anto memintanya untuk microteaching dan Aryani pun
menyelesaikan apa yang dipinta oleh pak Anto. Microteaching mengakhiri sesi
wawancara sebagai tes kedua, Aryani pun diminta untuk meninggalkan ruangan test
tersebut, sebelumnya pak Anto berkata bahwa selanjutnya akan diinfokan lagi apakah
Aryani diterima atau tidak. Kemudian Aryani pamit meninggalkan ruangan dengan
mengcapkan salam.
“Sudah selesai
ya mbak Aryani?” Tanya bu Rina
“Iya bu, Alhamdulillah.”
Jawab Aryani
“Nanti akan
diinfokan selanjutnya ya mbak kalo diterima.” Jelas bu Rina
“Baik bu,
terima kasih.” Jawab Aryani
Aryani pun
segera meninggalkan tempat tersebut, namun ketika ia ingin pergi tiba – tiba bu
Rina memanggilnya dan memintanya untuk bertemu dengan pak Anto. Aryani pun
segera menemui pak Anto.
“Sebenarnya
kamu lolos kualifikasi. Tapi kami hanya butuh guru honorer bukan guru full tapi
nanti kalau kinerjamu baik bisa diangkat kok, apakah kamu bersedia?” terang pak
Anto.
“InsyaAllah
bersedia pak.” Jawab Aryani
“Alhamdulillah,
kalau gitu selamat ya kamu sudah resmi diterima.” Ucap pak Anto
Setelah pak
Anto mengucapkan selamat Aryani pun resmi diterima sebagai guru di yayasan
tersebut dan ia diminta untuk menemui pak Andi mengurus administrasi dan akan
dijelaskan beberapa hal. Pak Andi juga meminta Aryani untuk ke sekolah menemui kepala sekolah keesokan harinya, namun ada satu permasalahan yang dihadapi oleh Aryani. Setelah pak Andi selesai menjelaskan Aryani pun pamit pulang. Di perjalanan pulang, ia terus memikirkan hal yang mengganggu pikiran dan hatinya itu.
Komentar
Posting Komentar